Berawal dari kamp Yarmouk di Suriah, pria keturunan Palestina-Suriah berusia 35 tahun ini berupaya menyelamatkan diri ke Lebanon dari kecamuk perang tiga tahun lalu dengan dua anaknya: Reem, yang berusia hampir empat tahun, dan Aboudi, yang berusia sembilan tahun. Sebagai orang tua tunggal yang begitu menyayangi anak-anaknya, Abdul Halim Attar akhirnya menemukan sebuah apartemen dengan dua kamar berukuran kecil di daerah kumuh di distrik Jnah Beirut, dan ia mulai menjual pena di jalan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga kecilnya itu.
Abdul Halim biasanya meninggalkan Aboudi di rumah saat berjualan pena. Ia menggendong Reem di pundaknya dan menghabiskan beberapa jam sehari dengan tersenyum kepada orang-orang yang lewat sambil menawarkan penanya. Bila sedang ramai pembeli, ia akan mendapatkan sekitar $ 35.
Namun pekan lalu, kehidupan Abdul Halim berubah drastis. Seorang pejalan kaki mengambil foto dirinya dengan Reem yang tertidur di bahunya saat ia mencoba untuk menjual barang dagangannya, dan gambar itu tersebar di media sosial, mendorong kampanye penggalangan dana untuk membantu memberinya kehidupan yang lebih baik.
Wajah Abdul Halim menjadi dikenal di seluruh dunia ketika foto dia tengah menjual pena bersama putrinya yang tertidur di bahunya itu tersebar luas. Sebuah kampanye penggalangan dana bertema #BuyPens yang didedikasikan untuknya berhasil mengumpulkan uang yang tidak sedikit jumlahnya.
Al-Jazeera menemui Abdul Halim di rumahnya di Beirut. Ia berbicara tentang perasaannya memperoleh dukungan dari masyarakat dunia dan apa yang ia rencanakan dengan uang yang terkumpul itu.
Pada Senin (31/8/2015), kampanye #BuyPens sudah mengumpulkan lebih dari $ 150.000. Dia mengatakan kepada Al-Jazeera bahwa ia merasa seakan tengah bermimpi.
“Saya masih tidak bisa percaya ini terjadi pada saya,” katanya. “Saya tidak mengerti apa yang terjadi. Suatu hari saya bangun untuk pergi bekerja, tiba-tiba ratusan orang mendatangi saya, mencoba untuk berbicara dengan saya, dan saya tidak mengerti mengapa.
“Saya takut pada awalnya,” tambahnya. Ia awalnya khawatir bahwa pasukan keamanan mungkin mencoba untuk mengambil anak-anaknya pergi. “[Pada awalnya, saya berpikir] saya akan lari.”
Tapi tak lama kemudia ia baru tahu bahwa ia telah menjadi fokus perhatian internasional. “Seorang wanita menghampiri saya, mengatakan ia melangkahkan kakinya mencari saya selama lima jam, dan mengatakan kepada saya mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Saya masih tak percaya,” katanya.
Sempit dan sangat sederhana, apartemen Abdul Halim terletak di puncak anak tangga yang rusak. Reem, bocah perempuan dengan mata cokelat besar dan senyum menawan, terlihat tengah bermain dengan jepit rambutnya, sementara Aboudi duduk diam di sofa, mengamati tamu di ruangan itu.
Ketika ditanya mengapa ia menjual pena, Abdul Halim tersenyum. “Karena semua orang membutuhkan pena,” katanya. “Apa pun yang Anda lakukan dalam hidup, siapapun Anda, Anda akan memerlukan pena.”
Kampanye #BuyPens kini sampai pada tahap mencarikan rumah baru untuk keluarga Abdul Halim, dan mengatakan mereka akan menerima dana yang terkumpul pada akhir kampanye, tidak sampai dua minggu. Abdul Halim mengatakan ia tahu persis apa yang akan ia lakukan dengan uang itu.
“Saya ingin menggunakan uang tersebut untuk membantu warga Suriah. Saya tidak ingin menjadi satu-satunya warga Suriah yang dibantu; Ada ribuan anak di jalanan. Ada orang-orang yang bernasib lebih buruk dari saya,” katanya penuh semangat. “Suriah adalah negara saya, ini adalah orang-orang sebangsa saya. Di Suriah, kami menyambut semua orang dan membantu mereka.
“Saya beruntung karena setidaknya saya memiliki atap untuk berteduh dan tempat untuk tidur,” tambahnya. “Ada banyak orang yang begitu sulit menjalani hidup. Saya berharap kampanye ini berkembang untuk membantu semua warga Suriah. Saya berharap warga Suriah lainnya mendapatkan manfaat kampanye seperti yang saya dapatnya, dan orang-orang dapat melihat kondisi mereka.”
(banan/arrahmah.com)