BEIRUT (Arrahmah.com) – Siapa sangka, Abdul Hali Attar, seorang pengungsi Palestina dari kamp pengungsi Yarmuk Suriah dan putrinya bernama Reem, yang bekerja sebagai penjual pulpen di Beirut, Libanon, mendadak menjadi terkenal secara luas di media massa.
Kejadian ini bermula saat Simonarson, seorang aktivis asal Oslo, Norwegia, pada minggu lalu memposting foto seorang ayah yang sedang menggendong anaknya sedang menjual pulpen di jalanan Beirut.
Siapapun yang melihat foto itu akan terketuk hatinya. Seorang ayah dengan wajah letih menjajakan beberapa batang pulpen di tangannya, sementara seorang anak perempuan berusia 4 tahun tergolek pulas di bahunya.
Potingan foto ini kemudian mengguncang sebanyak 6.000 pengikut Simonarson di Twitter dan kemudian di share secara luas.
“Ini adalah foto yang sangat emosional,” kata Simonarson kepada CNN, Sabtu (29/8/2015).
“Anda lihat raut wajahnya dan caranya memegang pulpen, seolah pulpen itu adalah segalanya baginya,” tulis Simonarson.
Hanya dalam waktu singkat, pengguna medsos dari seluruh dunia tergerak untuk membantu pria dalam foto itu. Akan tetapi Simonarson tidak mengetahui siapa pria itu dan siapa yang telah mengambil fotonya.
Para aktivis kemudian mulai menyebarkan foto itu, dan meminta bantuan agar pria itu ditemukan, dengan tagar #BuyPens.
Setelah melakukan pencarian selama dua hari, akhirnya pria itu berhasil ditemukan.
“Akhirnya menemukannya. Setelah semua upaya, namun semuanya sepadan. Sekarang mari menolong mereka!” tulis Simonarson di Twitternya.
Pria penjual pulpen itu ternyata bernama Abdul Hali Attar. Dia seorang ayah yang merawat dua anaknya sendirian. Ia begitu terkejut saat mengetahui bahwa ia sedang dicari secara luas.
Anak perempuan yang berada dalam gendongannya itu bernama Reem, berusia 4 tahun. Mengetahui bahwa mereka sedang dicari secara luas, dan fotonya tersebar luas di media sosial, mereka tak dapat menahan haru dan sangat bahagia. Reem bahkan meminta foto selfie bersama dengan Carol Malouf, salah satu aktivis yang membantu keluarga itu.
“Reem menghampiriku, memelukku dan meminta foto selfie,” tulis Malouf di Twitter.
Simonarson kemudian menggalang dana melalui medsos. Dan secara mengejutkan, kampanye #BuyPens berhasil berhasil mengumpulkan donasi sebesar US$5.000 (Rp 69 juta) hanya dalam 30 menit.
Bahkan, dalam 24 jam, #BuyPens berhasil mengumpulkan dana lebih dari US$80 ribu (Rp1,1 miliar).
“Ketika ia (Abdul) mendengar jumlah itu, ia ambruk dan mulai menangis,” kata Simonarson.
“Ia sangat berterima kasih dan ia terus mengucapkan terima kasih untuk semua kebaikan kalian.”
Abdul mengatakan bahwa ia akhirnya bisa menyekolahkan dua anaknya dari uang sumbangan itu. Abdul, (35), dulu pernah bekerja di pabrik cokelat sebelum kemudian Suriah dilanda perang. Ia juga mengatakan bahwa ia ingin membantu pengungsi lain dari uang sumbangan yang ia terima.
(ameera/arrahmah.com)