(Arrahmah.com) – Muhaddits secara bahasa adalah orang yang meriwayatkan (rawi) hadits Rasulullah ﷺ. (Mu’jam Al Wasith, hal.160). Namun, dalam ilmu Musthalah Al Hadits, ditetapkan syarat hingga seorang perawi disebut Muhaddits.
Syarat mengenai mereka yang layak disebut Muhaddits itu sendiri dikembalikan kepada kriteria yang ditetapkan para Huffadz dan Muhaditsun.
Dari syarat-syarat yang ditetapkan, orang yang belum memiliki periwayatan hadits, tidak menyimak hadits dari para perawi dan muhadditsun sebelumnya, atau mungkin hanya memperoleh ijazah dalam kitab-kitab tertentu saja, belum lantas memenuhi syarat untuk disebut sebagai Muhaddits.
Terdapat 8 Muhaddits hebat dari Indonesia yang dikenal dunia, di mana salah seorang di antara mereka, yakni Syaikh Yasin Al Fadani, tidak menyebutkan bahwa dirinya adalah salah satu dari ulama Nusantara yang banyak memiliki periwayatan.
Namun para ulama dunia Islam mengakui bahwa ia memiliki banyak periwayatan. Berikut ulasannya, yang dipublikasikan Hidayatullah.com pada Jum’at (7/8/2015).
Al Musnid Al Ashr Syaikh Yasin Al Fadani menyebutkan bahwa siapa saja yang meriwayatkan hadits, baik yang memiliki ilmu tentangnya atau tidak, maka ia bisa disebut sebagai musnid.
Namun di kurun terakhir, tidak bisa seseorang disebut sebagai musnid kecuali memiliki periwayatan yang cukup banyak yang bersambung kepada para imam dari barat hingga timur.
Dan Muhaddits yang bermakna sesuai dengan klasifikasi di atas bisa dipenuhi syaratnya oleh 130 ulama dari Nusantara, yang mencakup Indonesia, Malaysia dan Thailand. Dan dari mereka, ada 7 ulama yang memiliki periwayatan paling banyak dan semua berasal dari Indonesia.
Dalam komentarnya terhadap Kifayah Al Mustafid li ma ‘Ala min Al Asanid, Syaikh Yasin Al Fadani memperinci ketujuh ulama tersebut, di antaranya adalah:
1. Al Muhaddits As Syaikh ‘Aqib bin Hasanuddn Al Falimbani
Ulama ini disebut Syaikh Yasin Al Fadani sebagai ulama yang paling banyak periwayatannya dari 7 ulama tersebut. Ulama yang wafat tahun 1182 H itu mengambil periwayatan dari Abdullah Al Bishri, Ahmad An Nakhli serta lainnya.
2. Syaikh Abdush Shamad bin Abdirrahman Al Atsyi
Seorang ulama shufi yang menisbatkan diri dengan provinsi Aceh ini juga dikenal dengan penisbatan Falimbani. Syaikh Abdush Shamad ini mengambil periwayatan dari Syaikh Yahya bin Umar Maqbul Ahdal, Sayyid Umar bin Ahmad bin Aqil As Saqqaf juga murid dari Syeikh ‘Aqib bin Hasanuddin Al Falimbani. Ulama yang wafat tahun 1211 H ini sendiri merupakan guru dari Sayyid Ulama Hijaz Syaikh Nawawi Al Bantani.
Syaikh Abdush Shamad juga memiliki seorang anak perempuan yang juga menjadi ulama besar di Mekah, yakni Syaikhah Fatimah yang kumpulan periwayatannya dibukukan di Al Faharis Al Qaimah.
Sedangkan Syaikh Abdush Shamad menulis periwayatannya dalam kitab An Nur Al Ahmadi.
3. Syaikh Abdul Ghani bin Shabhi Al Bimawi
Syaikh Abdul Ghani bin Shabhi Al Bimawi adalah murid dari Muhaddits Surabaya As Sayyid Syaikh Ahmad bin Abdillah. Sedangkan Syaikh Mahufudz At Tarmasi adalah murid dari ulama ini.
4. Syaikh Mahufdz At Tarmasi
Ulama yang wafat tahun 1338 Hijriyah ini menimba ilmu dari ayahnya Syeikh Abdullah At Tarmasi, Syeikh Muhammad Shalih bin Umar As Samarani serta Sayyid Abu Bakr Syatha.
Syaikh Mahfudz Termas termasuk ulama Nusantara yang produktif menulis. Sejumlah karyanya antara lain Manhaj Dzawi An Nadzar yang merupakan syarh Alfiyah hadits Imam As Suyuthi, Mauhibah Dzi Al Fadhl kitab fiqih 4 jilid, Nail Al Ma’mul yang merupakan kitab ushul fiqih dalam 3 jilid, Is’af Ath Thali’ juga mengenai ushul fiqih dalam 2 jilid.
Periwayatan Syaikh Mahfudz Termas dibukukan dalam Kifayah Al Mustafid li ma A’ala min Al Asanid.
Sejumlah ulama besar Nusantara yang berguru kepada Syaikh Mahfudz antara lain, Kyai Hasyim Asy’ari, Kyia Wahab Chasbullah, Kyai Nawawi Pasuruan. Sedangkan dari kalangan Arab, murid yang mencolok adalah Muhaddits Al Haramain, Syaikh Umar Hamdan Al Mahrisi.
5. Syaikh Abdul Hamid Qudus
Sejumlah pihak menyebut bahwa Qudus adalah penisbatan kepada sebuah wilayah di Yaman, namun sebagian penyebut bahwa Qudus adalah penisbatan kepada kota Kudus Jawa Tengah. Syaikh Yasin sendiri termasuk berpendapat dengan pendapat ke dua, hingga ia memasukkan Syaikh Abdul Hamid dalam jajaran muhaddits Nusantara.
Syaikh Abdul Hamid Qudus disebut sebagai ulama mutafannin, yakni menguasai banyak disiplin ilmu. Sejumlah karya yang dihasilkan antara lain Irsyad Al Muhtadi yang membahas ilmu tauhid, Al Anwar As Saniyah yang membahas fiqih, Lathaif Isyarat tentang ushul fiqih, Kanz An Najah dalam masalah akhlak, juga beberapa karya lainnya.
Syaikh Abdul Hamid Qudus berguru kepada ayahnya Syaikh Muhammad Ali Qudus. Sedangkan salah satu muridnya dari ulama Nusantara adalah Sayyid Ali bin Husain Al Aththas, Cikini Jakarta.
Periwayatan Syaikh Abdul Hamid Qudus dibukukan dalam Al Mafakhir As Saniyah fi Al Asanid Al Aliyah.
6. Sayyid Muhammad Muhktar bin Athar Al Bughuri
Ulama yang menisbatkan diri dengan wilayah Bogor ini juga masyhur dengan penisbatan Al Batawi. Syaikh Yasin memasukkan ulama ini ke dalam jajaran ulama Nusantara yang memiliki banyak periwayatan.
7. Sayyid Salim Jindan
Syaikh Sayyid Salim Jindan adalah seorang ahli nasab atau nassabah. Ulama ini dimasukkan ke dalam kelompok dari mereka yang memiliki banyak periwayatan karena memiliki guru lebih dari 100 orang.
8. Musnid Al Ashr Syaikh Yasin Al Fadani
Nama Syaikh Yasin, sebagai ulama Nusantara yang memiliki banyak periwayatan merupakan hal yang tidak asing bagi penuntut ilmu. Ulama ini telah mengambil periwayatan dari Ulama Hijaz, Yaman, Mesir, Syam, Iraq, India juga Indonesia sendiri. Gurunya mencapai labih dari 170 ulama.
Periwayatan ulama ini sendiri dibukukan dalam Bulugh Al Amani yang disusun oleh muridnya Syaikh Muhammad Mukhtaruddin Al Falimbani. Juga dibukukan dalam Tashnif Al Asma’ yang dibukukan oleh muridnya dari Mesir Syaikh Mahmud Said Mamduh Al Qahiri As Syafi’i.
Syaikh Yasin tidak menyebutkan bahwa dirinya adalah salah satu dari 7 ulama Nusantara yang benyak memiliki periwayatan. Namun ia menyebutkan bahwa jumlah gurunya juga sebanyak guru Syaikh Salim Jindan, yakni lebih dari 100 orang.
Dan para ulama dunia Islam juga mengakui bahwa Syaikh Yasin memiliki banyak periwayatan, sebab itu ia dijuluki sebagai Al Musnid Al Ashr, yakni musnid abad ini.
(banan/arrahmah.com)