(Arrahmah.com) – Amir Al-Qaeda Syaikh Aiman Az-Zhawahiri kembali mengeluarkan sejumlah pernyataan dalam tiga rilis terpisah pada bulan Agustus ini. Pada rilis pertama, Syaikh Aiman menyatakan baiatnya terhadap amir baru Imarah Islam Afghanistan (IIA), Mullah Akhtar Muhammad Mansur, yang meneruskan kepemimpinan Amirul Mukminin, Mullah Muhammad Umar Mujahid, rahimahullah. Pernyataan baiat Syaikh Aiman itu disambut oleh Mullah Mansur tak lama setelahnya.
Pada rilis kedua, Syaikh Aiman memperkenalkan Hamzah, putra Syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah, kepada dunia sebagai “singa” Al-Qaeda. Hamzah melanjutkannya dengan memberikan pidato panjang, memuji cabang-cabang regional Al-Qaeda dan mendiskusikan hal-hal lainnya.
Dua pesan pertama ini disampaikan melalui pesan audio yang menampilkan foto Syaikh Aiman yang sama, dengan latar belakang yang berbeda. Tapi pada rilis ketiga, Syaikh Aiman muncul dalam sebuah video berdurasi 35 menit, yang disebarkan melalui Twitter pada Sabtu (15/8/2015).
Pada pernyataan terbarunya ini, Syaikh Aiman membahas waktunya yang dihabiskan bersama Syaikh Usamah bin Ladin. Video ini merupakan bagian ketujuh dari seri “Hari-hari bersama Sang Imam” Syaikh Aiman, yang dimulai pada November 2011. Melalui video itu, mantan wakil Syaikh Usamah ini juga menyerukan kesatuan jihad, terutama di ranah media, lansir LWJ pada Rabu (19/8).
Banyak cerita Syaikh Aiman yang berfokus pada pelarian Al-Qaeda dari Pegunungan Tora Bora pada bulan Desember 2001. Ia menyiarkan kebijaksanaan Syaikh Usamah, serta menjelaskan bahwa pemimpin pertama Al-Qaeda itu telah selamat dari tipu daya para pengkhianat dan kaum munafik. Tapi dari Pertempuran Tora Bora, ada pelajaran lain yang bisa dipetik, karena di dalamnya terkandung satu contoh bagaimana media jihad dapat melawan propaganda pers Barat.
Syaikh Aiman mengatakan bahwa ia melarikan diri dari pegunungan itu sebelum Syaikh Usamah dan kemudian mendengar laporan BBC bahwa semua orang Arab di sana telah terbunuh. Ini adalah salah satu dari banyak “kebohongan” yang disebarkan musuh-musuh mujahidin, tegas Syaikh Aiman, dan itu adalah tanggung jawab media jihad untuk melawan mereka.
Syaikh Aiman mengatakan bahwa sejak serangan 9/11, media jihad telah mengungkap kebohongan-kebohongan Amerika dan kebohongan-kebohongan pasukan salib, koalisi NATO. Tapi saat media jihad seharusnya memperoleh kemenangan atas Amerika di masa lalu, situasinya juga berbalik, dengan media-media Amerika yang “bergerak melawan kami”.
Yang menjadi perhatian khusus bagi sang penerus perjuangan Syaikh Usamah ini adalah mengenai media jihad yang justru telah berbalik menjadi alat untuk menghancurkan pergerakan jihadis sendiri. Dalam hal ini, Syaikh Aiman disebut-sebut mengacu pada rilisan-rilisan kelompok “Daulah Islamiyah” atau Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS, yang begitu menyita perhatian dunia dengan segala pelanggarannya terhadap pedoman jihad yang sebenarnya.
Media jihad kini ada yang diisi dengan penghinaan-penghinaan dan kutukan-kutukan, ungkap Syaikh Aiman, di mana pemimpin-pemimpin jihad turut dipersalahkan karena penyebaran pelanggaran-pelanggaran itu. Ia menyeru pada mujahidin media jihad untuk menjauhkan diri dari menyebarluaskan materi yang bisa semakin menabur perselisihan dalam barisan mereka.
Pernah suatu ketika, di bawah kepemimpinan Mullah Umar dan Syaikh Usamah, semua mujahidin berada dalam satu barisan, ungkap Syaikh Aiman. Mereka berbaris bersatu ke medan perang, tapi sekarang, “perang justru tersulut di antara kita sendiri.”
Dalam pesan yang jelas ditujukan pada anggota kelompok IS, Syaikh Aiman mengatakan mujahidin harus menahan diri memvonis “kafir” satu sama lain. Selanjutnya mengenai sebuah referensi terkait kebiasaan IS mengelompokkan mujahidin, yang tidak sejalan dengan IS, dengan kelompok jihad dukungan AS di Irak barat, di mana pasukan suku memperjuangkan organisasi pendahulunya selama puncak Perang Irak.
Isi pesan ketiga Amir Al-Qaeda bulan ini benar-benar berbeda jauh dengan pesan IS. Pada akhir Juni, misalnya, juru bicara IS Abu Muhammad Al-Adnani malah meminta semua faksi yang bertikai untuk “bertobat” karena berani melawan “khilafah” Abu Bakar Al-Baghdadi.
Adnani dalam pernyataan itu terutama juga menyampaikan mengenai kemunduran yang diderita oleh pasukan Baghdadi di Derna, Libya, di mana Dewan Syura Mujahidin atau Mujahidin Shura Council (MSC), sebuah koalisi pasukan pro-Al Qaeda, dengan sigap berhasil memukul mundur pasukan “khilafah” yang menduduki wilayah itu.
Namun tak sampai di situ, propagandis IS terus saja melancarkan aksinya dan mereka bahkan telah merilis puluhan poster yang menampilkan mujahidin dari sejumlah faksi jihad sebagai target mati mereka. Para pemimpin IS, menurut Syaikh Aiman, telah memetakan program yang berbeda, menggunakan mesin media mereka untuk memperburuk pertikaian di setiap kesempatan.
(banan/arrahmah.com)