KAIRO (Arrahmah.com) – Pendukung Presiden Mesir terkudeta Muhammad Mursi menggelar aksi unjuk rasa pada Jum’at (14/8/2015) untuk memperingat ulang tahun kedua tragedi berdarah yang terjadi saat pembubaran paksa kamp protes utama di Kairo, yang menyebabkan ratusan demonstran tewas, lansir MEMO.
Para pengunjuk rasa menggelar unjuuk rasa itu setelah shalat Jum’at. Mereka berbegerak dari masjid Kairo menuju Alexandria di utara dan Minya di Mesir Atas.
Pasukan keamanan menggunakan gas air mata untuk membubarkan mereka di pinggiran timur Matariya Kairo saat demonstran menyalakan kembang api, menurut seorang wartawan Anadolu Agency.
Ratusan demonstran pro-Morsi tewas ketika pasukan keamanan membubarkan paksa kamp protes mereka di Rabaa al-Adawiya Square dan Giza Nahda Square, Kairo, pada 14 Agustus 2013, hanya beberapa minggu setelah Mursi lengser dari kekuasaan dalam kudeta militer.
Menurut Dewan Nasional Hak Asasi Manusia, pembubaran paksa kedua kamp protes pada hari itu menyebabkan 632 orang, termasuk delapan polisi, tewas.
Tapi Aliansi Nasional untuk Pertahanan Legitimasi, blok pendukung utama Mursi dan penyelenggara utama kamp protes, mengatakan bahwa ribuan orang yang tewas dalam pembubaran paksa tersebut.
Sementara itu, HRW menyerukan penyelidikan internasional atas pembunuhan massal demonstran di Rabaa al-Adawiya Square.
Dalam sebuah pernyataan Jum’at (14/8), kelompok hak asasi manusia yang berbasis di New York itu meminta Dewan HAM PBB dan Komisi Afrika untuk Hak Asasi Manusia dan Masyarakat untuk menyelidiki tragedi pembunuhan massal itu.
“Washington dan Eropa telah kembali melakukan bisnis dengan pemerintah Mesir yang melakukan pembantaian ketimbang menyelidiki pembantaian itu yang bisa jadi merupakan sehari pembunuhan demonstran terburuk dalam sejarah modern,” ungkap Joe Stork, wakil direktur HRW Timur Tengah.
Mesir telah bergolak oleh kekerasan dan kekacauan sejak Mursi, presiden pertama negara itu yang dipilih secara bebas, digulingkan oleh militer pada 3 Juli 2013.
Sejak penggulingan Mursi itu, pemerintah Mesir telah melakukan tindakan keras tanpa henti terhadap perbedaan pendapat, terutama ditujukan kepada pendukung presiden Mursi, yang menyebabkan ratusan orang tewas dan ribuan orang berada di balik jeruji besi.
(ameera/arrahmah.com)