(Arrahmah.com) – Amir Al-Qaeda, Syaikh Aiman Az-Zhawahiri telah berbaiat kepada pemimpin baru Imarah Islam Afghanistan (IIA), Mullah Muhammad Akhtar Mansur, dalam pernyataan audio yang dirilis pada Kamis (13/8/2015), sebagaimana baiatnya kepada Amirul Mukminin terdahulu, Mullah Muhammad Umar Mujahid, rahimahullah.
Dalam pernyataannya, senada dengan baiat yang pernah dinyatakan oleh Amir Al-Qaeda terdahulu, Syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah, terhadap Amirul Mukminin Mullah Umar, Syaikh Aiman mengatakan: “Kami menyatakan baiat kami kepada pemimpin kita, pemimpin umat, Mullah Muhammad Akhtar Mansur, semoga Allah melindunginya”.
Segenap kaum muslimin dan mujahidin di seluruh dunia telah begitu kehilangan atas kepergian Sang Amirul Mukminin, Mullah Muhammad Umar Mujahid, yang di bawah kepemimpinannya, mujahidin bersatu membela dien yang mulia dan bersama melawan kekuatan musuh penindas kaum muslimin.
Sejumlah cabang Al-Qaeda di beberapa wilayah pun turut menyampaikan ucapan belasungkawa atas kepergian Sang Amirul Mukminin, rahimahullah.
Sementara itu, di tengah kabar diangkatnya Mullah Mansur sebagai pengganti Mullah Umar, rahimahullah, ada sejumlah pihak yang malah mengklaim bahwa kepergian Sang Amirul Mukminin sebagai akhir dari Imarah Islam Afghanistan, dan bahwa baiat kaum Muslimin harus beralih pada “Khalifah” kelompok yang mengklaim diri sebagai “Daulah Islam” atau Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS.
Pernyataan baiat Amir Al-Qaeda terhadap Mullah Akhtar Mansur ini menjawab sejumlah keraguan yang menyatakan bahwa baiat Syaikh Aiman terhadap Amirul Mukminin telah terputus selepas kepergian Mullah Umar, rahimahullah.
Mullah Mansur sebelumnya adalah seorang wakil pemimpin karismatik Mullah Umar, rahimahullah. Ia diyakini berusia empat puluh tahunan dan berasal dari Afghanistan selatan. Ia dianggap sebagai pemimpin yang paling tepat untuk memimpin IIA, atau yang lebih dikenal sebagai Taliban, setelah konfirmasi kabar wafatnya Mullah Umar.
Dalam pesan audionya yang berdurasi 33 menit dan dirilis pada 1 Agustus lalu, Mullah Mansur berjanji untuk mengikuti jejak dan meneladani Mullah Umar.
“Kita tidak harus berkonsentrasi pada pembicaraan damai atau apapun yang berhubungan dengan itu. Kita harus fokus pada pelaksanaan syariah Islam,” katanya.
“Kita harus menjaga persatuan kita, kita harus bersatu, musuh kita akan bergembira jika kita berpecah belah.”
“Ini adalah sebuah tanggung jawab yang besar bagi kita. Ini bukan pekerjaan satu, dua atau tiga orang. Ini semua tanggung jawab kita untuk melanjutkan jihad sampai kita mendirikan Daulah Islam.”
Ia melanjutkan: “Kita harus melanjutkan jihad kita, kita tidak boleh saling mencurigai satu sama lain. Kita harus saling menerima satu sama lain.
“Apapun yang terjadi kita harus mematuhi hukum Syariah, apakah itu dalam jihad, atau pembicaraan, atau undangan lainnya.”
Sebelumnya, dalam beberapa pekan terakhir, kaum Muslimin tengah bergembira atas keberhasilan Mujahidin IIA yang telah meningkatkan serangan terhadap musuh di seluruh negeri dan mengambil lebih banyak kendali wilayah di seluruh Afghanistan.
Di tengah kabar gembira ini, kabar duka menyapa kaum Muslimin. Zabihullah Mujahid, juru bicara IIA, atau yang lebih dikenal sebagai Taliban, mengonfirmasi kabar wafatnya Amirul Mukminin Mullah Muhammad Umar Mujahid, rahimahullah.
Laporan wafatnya Mullah Umar pun mencuat di sejumlah media seluruh dunia selama beberapa hari terakhir dengan klaim yang dihembuskan pemerintah boneka Afghanistan bahwa Mullah Umar telah meninggal dunia sejak April 2013 lalu. Namun IIA tidak memberikan rincian kapan dan di mana Mullah Umar meninggal dunia.
Pernyataan yang dikeluarkan oleh Zabiullah Mujahid menyatakan bahwa Mullah Umar menderita penyakit sejak lama dan keadaannya memburuk dua pekan terakhir sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya. Pesan tersebut juga mengatakan bahwa Mullah Umar tidak pernah meninggalkan Afghanistan satu hari pun selama 14 tahun sejak 11 September 2001 lalu.
(aliakram/arrahmah.com)