SURIAH (Arrahmah.com) – Hampir seperempat juta orang telah tewas dalam konflik Suriah sejak konflik ini dimulai pada bulan Maret 2011, ungkap sebuah organisasi aktivis, sebagaimana dilansir The Independent pada Sabtu (8/8/2015).
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia atau Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) mengatakan bahwa jumlah kematian yang terdokumentasikan meningkat menjadi 240.381 dari 230.618 pada bulan Juni.
11.964 dari mereka yang terbunuh adalah anak-anak, menurut temuan kelompok itu yang juga mencatat 71.781 kematian warga sipil.
SOHR, yang mengumpulkan data dari jaringan luas sumber-sumber Suriah, menyatakan bahwa sepertiga dari kematian yang tercatat adalah kematian pasukan rezim Nushairiyah Suriah. Mereka yang tewas termasuk 50.570 tentara rezim, sementara sisanya dilaporkan merupakan para pejuang perlawanan.
43.384 pejuang perlawanan dan 34.375 pejuang asing telah gugur di Suriah, menurut kelompok itu.
3.225 kematian lainnya juga telah tercatat, tetapi identitas mereka yang tewas tetap tidak diketahui.
30.000 orang yang telah hilang di Suriah, termasuk 20.000 yang dikabarkan ditahan di penjara-penjara Suriah, tidak diperhitungkan dalam jumlah itu, Al-Jazeera melaporkan.
Ribuan orang yang merupakan bagian dari pasukan loyalis dan ditahan oleh kelompok perlawanan tidak terdokumentasikan dalam jumlah tersebut.
Temuan ini datang setelah PBB menyetujui untuk melaksanakan resolusi untuk mengidentifikasi orang-orang di balik serangan senjata kimia di Suriah, menyusul sebuah serangan kimia yang fatal di luar Damaskus pada tahun 2013.
Konflik Suriah dimulai ketika protes anti-rezim pada Maret 2011 meningkat menjadi perang sipil saat kelompok-kelompok perlawanan dibentuk untuk melawan pasukan pemerintah diktator Asad.
Perang telah menjadi intensif dengan munculnya kelompok-kelompok perlawanan dan adanya penggunaan senjata kimia.
Lebih dari 4 juta orang telah melarikan diri dari Suriah sebagai pengungsi, menurut Badan Pengungsi PBB.
Sebuah laporan lebih lanjut dari PBB memperkirakan pada bulan Maret bahwa total kerugian ekonomi sejak awal konflik telah mencapai $ 202 milyar.
(banan/arrahmah.com)