GOLAN (Arrahmah.com) – Pada Selasa (21/7/2015), Paul Fallon, peneliti hukum dan penulis dengan Al-Marsad, sebuah kelompok hak asasi manusia di dataran tinggi Golan yang diduduki memberikan analisisnya. Menurutnya, Geoff Rochwarger, CEO Afek, kemandirian energi adalah bentuk Zionisme baru. Demikian The Electronic Intifada melaporkan pada Selasa (21/7/2015).
Afek merupakan perusahaan eksplorasi minyak dan gas telah hampir menyelesaikan tes pengeboran kedua di dataran tinggi Golan, bagian dari Suriah yang “Israel” duduki sejak tahun 1967 dan dianeksasi, melanggar hukum internasional.
Tes ini merupakan bagian dari program tiga tahun untuk melihat apakah hidrokarbon di daerah itu dapat menghasilkan minyak atau gas untuk “Israel”.
“Israel” miskin bahan bakar juga diliputi kesengsaraan energi di dalam negeri yang dicaploknya. Itu hanya bisa mereda dalam waktu singkat jika pemerintah dapat menguasai Tamar dan ladang gas Leviathan di Laut Mediterania.
Selain itu, “Israel” kini mengambil keuntungan dari kekacauan di Suriah untuk mencari sumber daya berharga dan mengekstraknya melalui pendudukan dataran tinggi Golan.
“Israel” sangat bergantung pada impor untuk memenuhi konsumsi energinya. Seiring perubahan-perubahan dengan tetangganya, kebutuhan untuk sumber energi terus mendorong terbentuknya motif dasar pendudukan di Jalur Gaza dan Tepi Barat, serta dataran tinggi Golan.
Dengan pemerintah Suriah yang berantakan, pemerintah “Israel” memberikan lampu hijau untuk Afek. Anak dari Perusahaan Minyak dan Gas Genie itu kini dapat melakukan pengeboran di 10 sumur di Dataran Tinggi Golan yang diduduki dalam pencarian mereka untuk bahan bakar fosil.
Menurut Howard Jonas, ketua dan CEO dari Genie Energy Limited, perusahaan induk dari Genie Minyak dan Gas, tim perusahaan ahli percaya bahwa apa yang ada di bawah dataran tinggi Golan dapat menciptakan “Israel” yang independen dari ketergantungan sumber migas. Hal itu juga “memberikan kontribusi pada diversifikasi pasokan energi dari ketergantungan pada sumber migas dunia yang melumpuhkan ‘Israel’ secara perlahan.” (lihat laporan tahunan Genie Energi untuk 2014).
“Membunuh mereka semua”
Genie Minyak dan Gas memiliki beberapa investor dan penasehat berprofil tinggi: “Dewan Penasehat Strategis” Media Baron Rupert Murdoch, mantan Wakil Presiden AS Dick Cheney, manajer hedge fund Amerika Michael Steinhardt dan bankir investasi Inggris Jacob Rothschild adalah semua anggota perusahaan.
Murdoch menyatakan pada tahun 2013 bahwa “‘Israel’ adalah sekutu terbesar demokrasi di wilayah yang dilanda dengan gejolak dan radikalisme.” Ini adalah pernyataan berani dari pihak yang memberikan investasi kepada sebuah perusahaan melanggar prinsip dasar hukum internasional.
Ketua Genie berkewarganegaraan “Israel”, Effie Eitam, yang tinggal di pemukiman dataran tinggi Golan Nov, adalah mantan komandan militer dan anggota Partai Keagamaan Nasional. Dia pernah menyebut warga Palestina sebagai “bom” yang menyebabkan “kanker” di “Israel”. Dia juga mengatakan kepada The New Yorker pada tahun 2004, bahwa Palestina adalah “makhluk yang keluar dari kedalaman kegelapan” dan menambahkan bahwa “kita harus membunuh mereka semua” sebelum ‘mengayuh sedikit ke belakang’: “Saya tahu itu tidak terlalu diplomatik. Saya tidak merujuk ini kepada semua orang Palestina, tapi orang-orang itu memiliki kejahatan dalam kepala mereka.”
Afek mengklaim di situsnya bahwa dataran tinggi Golan yang merupakan bagian dari Suriah sebagai bagian dari “Negara Israel”. Perusahaan ini diberikan izin eksplorasi minyak bumi oleh komite perencanaan dan pembangunan daerah utara. Padahal itu adalah pelanggaran langsung dari hukum internasional karena sepenuhnya mengabaikan Annex pada Konvensi Jenewa Keempat – yang berlaku untuk wilayah yang diduduki.
Pada bulan Februari, seorang anak Afek memulai pengeboran sumur eksplorasi pertama dan dibor hingga kedalaman 1.000 meter. Sampel yang diambil sekarang menjalani analisis dan pengeboran terus berlangsung. Jika perusahaan itu menemukan minyak, dia mengklaim akan meminta izin yang diperlukan untuk memulai tahap produksi.
Ada pelanggaran berat hukum internasional serta masalah lingkungan yang berperan di sini. Pertama, jenis minyak yang diharapkan di daerah itu mungkin tidak dalam bentuk cair dan bisa memerlukan fracking – sebuah proses yang melibatkan menyuntikkan sejumlah besar cairan yang langka dan bahan kimia beracun ke dalam tanah untuk memaksa hidrokarbon ke permukaan.
Apakah itu minyak konvensional atau serpih minyak, fracking atau pengeboran dapat menyebabkan rembesan minyak ke dalam saluran air bawah tanah, mencemari Danau Tiberias – Laut Alkitab Galilea – berpotensi mencemari pasokan air minum lokal dan menghancurkan ekosistem untuk generasi mendatang.
Penjarahan sumber daya Suriah
Dataran tinggi Golan diduduki oleh “Israel” selama Perang 1967. Resolusi Dewan Keamanan PBB 242 dan beberapa resolusi lainnya sejak itu telah menyerukan penarikan mundur “Israel” dari wilayah yang diduduki dan mengutuk tindakan “Israel” di sana.
Hal ini termasuk: “Pembatalan demi hukum” aneksasi dan pengenaan hukum “Israel” pada tahun 1981, tindakan Dewan Keamanan PBB menyatakan “Israel” juga telah mentransfer penduduknya sendiri ke daerah itu untuk tujuan kolonisasi dan penggunaan sumber daya wilayah itu untuk kepentingan ekonomi sendiri.
Sumber daya Golan berupa tanah yang subur dan air telah menjadi kepentingan strategis bagi “Israel” dan sekarang potensi energi disana dapat membawa manfaat finansial yang besar.
Meskipun ada kecaman internasional, kebijakan inheren “Israel” yang diskriminatif dan eksploitatif di Golan tetap dilanjutkan tanpa sanksi. Menteri “Israel” telah menyuarakan keinginan mereka untuk memanfaatkan destabilisasi Suriah sebagai alasan untuk melakukan pemblokiran ilegal oleh “Israel” di wilayah itu.
Sementara “Israel” terus mengeksploitasi sumber daya alam wilayahyang dijajah itu, masyarakat internasional terus melakukan tindakan yang tidak signifikan hingga 50 tahun terakhir.
Pemerintah Suriah telah merencanakan untuk membangun pipa di Timur Tengah ke Libanon dan Mediterania untuk pasar Eropa. Mereka juga telah menandatangani perjanjian dengan Iran dan Irak menjelang akhir ini.
Dengan cadangan minyak Suriah menurun dan negara dalam kondisi kekacauan, pemerintahnya tidak memiliki kapasitas untuk menantang eksploitasi “Israel” atas sumber daya negara di Golan.
Nampaknya karena itu “Israel” akan memiliki kebebasan untuk menjarah minyak Suriah dari Golan, yang didukung oleh Barat. (adibahasan/arrahmah.com)