JAKARTA (Arrahmah.com) – Menurut Ustadz Abu Jibriel aksi teror penyerangan terhadap kaum Muslimin dan pembakaran masjid Baitul Muttaqin saat Idul Fitri Almubarak oleh teroris Kristen Papua bukan spontanitas alias tiba-tiba, melainkan sudah di desain sedemikian rupa.
“Kejadian di Papua bukan tiba-tiba dan tanpa rencana. Kunjungan Presiden Jokowi dengan berbagai program yang menguntungkan kafir Kristen ikut menyulut arogansi Kristen yang berlebihan,” jelasnya kepada Arrahmah,com, Ahad (19//2015).
Terlebih lagi, imbuh Ustadz Abu Jibriel, Jokowi telah memberi grasi terhadap beberapa tawanan Kristen. Maka dia berkeyakinan bahwa pada pemerintahan sekarang inilah dukungan penuh terhadap Kristen, komunis dan Syiah.
Apalagi aksi misionaris Kristen Papua yang memprovokasi warga. Beredar surat Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) yang ditandatangani pada Pdt Nayus Wenda dan Pdt. Marthen Jingga, pada 11 Juli 2015. Surat itu berisi provokasi dan permusuhan terhadap Islam dan kaum Muslimin. Kejinya, umat islam dilarang shalat Idul Fitri 1436 H termasuk dalam surat misionaris Kristen Papua tersebut.
Wakil Amir Majelis Mujahidin ini mengingatkan bahwa pada tahun 2000 tepatnya ketika umat Islam Ambon dan sekitarnya sedang melaksanakan shalat Idul Fitri sama seperti Muslim di Papua, kafir Kristen melakukan tindak pidana teroris.
“Mereka membunuh,menembak dan mengebom umat Islam yang sedang sholat Idul Fitri,” kata Ustadz Abu Jibriel.
Kata dia umat Islam seharusnya layak mendapat pembelaan ketika itu karena mereka yang terzolimi.
“Semetinya isunya diangkat secara nasional dan internasional dan teroris Kristen dihukum sebagai pelaku tetoris, tetapi sebaliknya yang terjadi pemerintah cq Polri justru mempelitintir berita,mengalihkan isu.Malah umat Islamlah yang dituduh teroris dan diburu sampai hari ini sebagai teroris,” katanya lugas.
Sebagai informasi kebrutalan teroris Kristen di Ambon dan sekitarnya telah memakan korban meninggal 6000-8000 orang. Menurut Ustadz Abu Jibriel tragedi berdarah Ambon tidak dapat diselesaikan oleh pemerintah dengan baik dan adil.
“Justru pemerintah RI cendrung membela kafir Kristen dengan berbagai tipuan seperti membela mioritas di tengah mayoritas.Selanjutnya berlaku pula peristiwa yang lebih brutal di Poso dengan membakar pondok prsantren dan masjid sekaligus santri dan pengasuhnya dibakar hidup-hidup,” ungkapnya.
Dan sampai hari ini, kata dia, pemerintah dalam hal ini Polri menjadikan Poso sebagai proyek yang terus dilestarikan seakan-akan dijadikan lahan subur polri untuk mencari uang dari kaum kafir seluruh dunia. (azmuttaqin/arrahmah.com)