RAKHINE (Arrahmah.com) – Komunitas Muslim Rohingya menghadapi krisis kemanusiaan terburuk di Myanmar dan sangat membutuhkan bantuan dan dukungan.
“Serangan dan pembunuhan Muslim di Myanmar telah menjadi kelaziman. Suatu malam sekitar enam bulan yang lalu, massa Buddha menyerang dan membakar madrasah yang didirikan oleh ayah saya Jalaluddin Usmani dan membunuhnya,” kata Adul Majeed Madani, anggota komunitas Muslim Rohingya, sebagamana dilansir oleh World Bulletin, Sabtu (10/7/2015).
“Bersama dengan ayah saya Jalaluddin Usmani, massa Buddha juga membunuh semua orang termasuk para guru dan para siswa remaja yang belajar di madrasah itu“, tambahnya.
Lebih dari 3000 Muslim Rohingya, yang melarikan diri dari Myanmar, sekarang masih sebagai pengungsi di berbagai belahan Hyderabad, ibukota negara bagian Telangana, India.
Myanmar adalah negara yang mayoritas beragama Budha. Myanmar memiliki penduduk sekitar 60 juta orang, 90% dari mereka adalah Budha. Negara ini telah menghadapi kekerasan sektarian sejak penguasa militer negara itu menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah sipil pada tahun 2011. Lebih dari 250 orang (menurut angka resmi) telah tewas – kebanyakan dari mereka Muslim – dan 140.000 lainnya terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Di negara bagian barat Rakhine, Buddha tidak menerima keragaman agama dan menuduh komunitas Muslim Rohingya secara ilegal memasuki negara itu dan melanggar batas tanah mereka sebagai alasan untuk bebas menganiaya mereka karena keyakinan agama mereka. Kekerasan mematikan menyebar awal tahun ini ke bagian lain dari Myanmar dan telah menimbulkan prasangka terhadap Muslim.
Beberapa negara di kawasan itu dan organisasi internasional menyalahkan Myanmar atas eksodus imigran tersebut, terutama Rohingya, kelompok Minoritas Muslim yang berusaha menyelamatkan diri dari penganiayaan di negara itu.