KUALALUMPUR (Arrahmah.com) – Laporan Wall Street Journal (WSJ) pekan lalu berusaha mempublikasikan hasil penyelidikan para investigator Malaysia mengenai aliran dana kontroversial senilai US$ 700 juta ke rekening yang diduga milik Perdana Menteri Malaysia Najib Abdul Razak. Dokumen investigasi yang diperoleh WSJ menunjukkan keterkaitan Najib secara langsung dengan lembaga investasi negara 1 Malaysia Development Bhd., atau disingkat 1MDB.
Sebagaimana dilansir Liputan6 dari Wall Street Journal, Kamis (9/7/2015), Najib saat ini diketahui sebagai pendiri 1MDB sekaligus kepala dewan penasehat di lembaga finansial tersebut. Selama ini, Najib tercatat berada di bawah tekanan politik atas lembaga tersebut.
Bagaimana tidak, 1MDB berhasil menggalang pinjaman senilai US$ 11 miliar yang kini kesulitan dibayarnya. Para invesigator mengantongi sejumlah dokumen yang diyakini menggambarkan pergerakan dana tunai di antara badan pemerintahan, bank dan perusahaan yang terkait dengan 1MDB sebelum akhirnya masuk ke rekening pribadi Najib.
Wall Street Journal berhasil mengkaji berbagai dokumen yang diperoleh dari para investigator termasuk formulir transfer uang dan alur aliran dana yang menunjukkan bagaimana dana ratusan juta dolar itu masuk ke kantong pribadi Najib.
Sejauh ini, sumber uang tersebut masih belum jelas dan hasil investigasi pemerintah Malaysia tidak memberikan rincian mengenai kelanjutan uang yang mengalir ke rekening pribadi Najib. Sementara itu, Najib menyangkal seluruh isi artikel yang dipublikasikan Wall Street Journal dan tengah berencana menggungat media tersebut.
Berikut jejak transaksi keuangan PM Malaysia yang penuh skandal dan kini masih menjadi kontroversi seperti dirangkum Kamis (9/7).
Transaksi terbesar Najib
Sebelum kabar penyelidikan ini merebak, Najib telah lebih dulu menyangkal berbagai tindak kriminal terkait 1MDB dan menanti kesimpulan dari empat investigator pemerintah yang kini tengah melakukan penyidikan pada seluruh kegiatan 1MDB. Sejauh ini, para investigator telah berhasil mengidentifikasi lima deposito terpisan dari rekening Najib yang berasal dari dua sumber.
Sejauh ini, transaksi terbesar yang dilakukan Najib merupakan dua dana deposito senilai masing-masing US$ 620 juta dan US$ 61 juta pada Maret 2013. Deposito itu berada di rekening Najib selama kampanye pemilihan umum memanas di Malaysia.
Dana tunai itu datang dari sebuah perusahaan yang terdaftar di British Virgin Islands via sebuah bank di swiss yang dimiliki lembaga do Abu Dhabi. International Petroleum Investment Co. or IPIC juga tercatat menjami obligasi 1MDB senilai miliaran dolar dan pada Mei menyuntukan dana US$ 1 miliar dalam bentuk modal ke 1MDB.
Penyuntikan dana itu ditujukan untuk membantu pembayaran utang lembaga finansial tersebut yang kian menggunung. Hingga saat ini, juru bicara IPIC belum memberikan komentar terkait penyuntikan dana tersebut, begitu juga perusahaan British Virgin Islands, Tanore Finance Corp.
Tanofe Finance mentransfer uang senilai US$ 681 juta itu pada rekening yang berbeda di AmIslamic Bank, cabang Kuala Lumpur. Berdasarkan penyidikan pemerintah, rekening di AmIslamic Bank itu ternyata milik Najib.
Dana US$ 681 juta itu ditransfer ke rekening Najib sebanyak dua kali yaitu pada 21 Maret dan 25 Maret 2013.
Transaksi di antara badan pemerintah
Kumpulan bukti transfer lain senilai US$ 11,1 juta berasal dari pemerintah Malaysia sendiri. Para investigator meyakini, uang tersebut datang dari entitas yang dikenal dengan sebutan SRC International Sdn. Bhd, sebuah perusahaan energi yang dikendalikan 1MDB.
Pada 2012, uang dari SRC International itu ditransfer ke Kementerian Keuangan Malaysia. Saat itu, Najib juga menjabat sebagai menteri keuangan Malaysia.
Dokumen yang diperoleh Wall Street Journal menunjukkan, uang tersebut berpindah ke perusahaan lain milik SRC International lalu ke sebuah perusahaan yang bekerja secara ekslusif untuk 1MDB. Dan akhirnya uang tersebut masuk ke rekening milik Najib dalam tiga deposito terpisah.
Hingga saat ini, Direktur SRC International Nik Faisal Ariff Kamil juga menolak untuk memberikan komentar. Menurut hasil investigasi pemerintah tersebut, Kamil memiliki kewenangan hukum atas seluruh rekening Najib.
Alih fungsi 1MDB
Selama berbulan-bulan, kekhawatiran mengenai utang dan rendahnya transparansi 1MDB telah medominasi diskusi politik di Malaysia. Pasalnya, saat didirikan pada 2009, Najib berjanji 1MDB akan menjadi awal segar bagi industri finansial Malaysia dan mengubah Kuala Lumpur menjadi pusat finansial global.
Janji tinggal janji. Lembaga keuangan itu justru tercatat membeli beberapa pembangkit tenaga listrik di luar negeri dan ikut berinvestasi pada usaha gabungan di bidang energi yang bahkan tak pernah dimulai.
Tak hanya itu, tahun ini 1MDB juga mengajukan perpanjangan jatuh tempo pembayaran utang-utangnya. Pada 2013, 1MDB juga menjadi bank yang secara tidak langsung membantu pemilihan Najib sebagai Perdana Menteri.
1MDB tampak membayar pembangkit listrik dari sebuah perusahaan Malaysia dengan harga lebih tinggi. Perusahaan tersebut lantas mendonasikan uangnya pada yayasan terkait Najib yang memberikan donasi pada sekolah-sekolah lokal.
Skandal pembelian kapal selam 13 tahun silam
Pada 2002, Najib yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan membeli dua kapal selam Prancis. Tim investigator asal Prancis menemukan sejumlah dokumen yang menyatakan, Najib meminta perusahaan pembangunan kapal DCNS tersebut untuk membayarnya senilai US$ 1 miliar.
Bayaran itu harus dilakukan, jika perusahaan Prancis ingin bertemu dengannya dan membahas jual beli kapal selam. Tim penyidik asal Prancis itu juga berhasil menemukan Perimeker, sebuah perusahaan yang terkait dengan rekan Najib.
Pada 2006, seorang model sekaligus penerjemah asal Mongolia, Altantuya Shaariibuu ditemukan tewas terbunuh. Kabarnya, Najib juga terkait dengan kasus pembunuhan tersebut karena Shaariibuu membantu kesepakatan jual beli kapal selam itu. Kabarnya, sang model memiliki hubungan spesial dengan rekan Najib.
Kala itu, sang model diculik, digantung sebelum akhirnya ditembak secara membabi buta. Dia ditemukan sedang hamil saat tewas terbunuh. Dua polisi dituduh melakukan pembunuhan tersebut dan langsung dijadwalkan hukuman gantung bahkan sebelum pengadilan menindak kasus tersebut.
Akhirnya, dua polisi itu dibebaskan karena tidak cukup bukti untuk menyalahkannya.
Hingga berita ini diturunkan, Pemerintah Malaysia memberikan peringatan keras. Siapapun yang menyebarkan kabar dari WSJ terkait kasus 1MDB ini pada sosial media dan media pesan instant lainnya akan dikenai sanksi hukum, sebagaimana dirilisThe Malaysian Communication and Multimedia Commission (MCMC) dan dikutip Malaysia Kini, Kamis (9/7). (adibahasan/arrahmah.com)