(Arrahmah.com) – Pembaca yang dimuliakan Allah, kita semua terkejut dengan badai fitnah ISIS yang akhirnya menyeruak muncul di Afghanistan, bumi para mujahidin. Betapa tidak, beberapa waktu setelah proklamasi ISIS cabang Khurasan, berbagai peristiwa penyerangan terhadap mujahid oleh kelompok bughat ini semakin ramai dibicarakan, polemik tentang keberadaan kelompok ini pun semakin meruncing ketika terjadi insiden penyembelihan 10 mujahidin Taliban yang disusul dengan pemenggalan 2 tokoh Taliban lainnya. Umat mengkhawatirkan keberlangsungan jihad Afghanistan melawan hegemoni Amerika yang telah berlalu selama belasan tahun ini.
Tulisan berikut, menghadirkan sebuah jawaban atas pertanyaan, mengapa ISIS selalu berseteru dengan mujahidin di manapun ia berada khususnya di Afghanistan. Uraian dalam tulisan ini merupakan pandangan yang adil serta berpijak pada kenyataan lapangan dari seorang praktisi di medan jihad, selamat menyimak!
Intelijen AS (CIA), Intelijen Pakistan (ISI), Intelijen Afghanistan, dan ISIS, dalam satu parit melawan Mujahidin Taliban
Oleh: Abu Yaqub Al-Waziristani
Sudah sejak lama orang-orang penting dalam pembentukan pengorganisasian ISIS di Khorasan memiliki hubungan luas dengan badan intelijen dari para thaghut tiran. Abdurrahmaan Muslim Dost adalah orang pertama dari Afghanistan yang menyatakan janji setianya kepada Abu Bakar Al-Baghdadi. Dan Muslim Dost dituduh menyesatkan beberapa pemimpin gerakan Taliban Pakistan, dan mendorong mereka menyimpang dari kebenaran penting dengan menerbitkan Fatwa (vonis) Takfir ekstrim dan menghalalkan darah Muslimin yang tak berdosa.
Beberapa oknum pemimpin Tehrik Taliban Pakistan menculik orang-orang kaya, dan kemudian mereka membebaskannya setelah mendapatkan bayaran sejumlah besar uang. Dan orang-orang yang menolak membayarkan sejumlah uang nasibnya akan dibunuh dan di bantai. Para pemimpin ini juga menewaskan sejumlah besar ulama berdasarkan Fatwa Muslim Dost mengklaim bahwa mereka murtad. Dikatakan bahwa Muslim Dost mengeluarkan Fatwa tersebut atas perintah dari badan intelijen Pakistan untuk menodai citra Taliban Pakistan dalam masyarakat Pakistan.
Putra-putra Muslim Dost juga pernah datang menemui Mujahidin Al-Qaedah di Waziristan dengan membawa modem internet yang diproduksi sebuah perusahaan di Islamabad, ibukota Pakistan. Dan salah satu dari saudara-saudaranya itu mengumpulkan sumbangan dari negara-negara Teluk untuk Mujahidin Arab . Di kemudian hari, setelah melalui proses investigasi telah terbukti dengan yang jelas bahwa terbunuhnya para pemimpin Al-Qaeda, di antaranya Syaikh Atiyatullah Al-Libi dan Syaikh Abu Yahya Al-Libi rahimahumullaah dalam serangan pesawat drone AS di Waziristan, adalah akibat dari keterlibatan anak-anak Muslim Dost dan saudaranya. Mereka telah memasang chip penuntun drone, sekaligus berkoordinasi dengan para thaghut teluk untuk membantu Amerika membunuhi mujahidin.
Modem internet yang dibawa oleh anak-anak Muslim Dost ke tempat para ikhwah Arab merupakan produksi perusahaan di Islamabad yang sebenarnya telah bergabung bersama AS dan intelijen Pakistan. Dalam modem internet itu tertanam peralatan mata-mata untuk menentukan posisi Mujahidin bagi pesawat AS. Dan hal ini menyebabkan kematian banyak pemimpin Al-Qaeda di Waziristan.
Demikian pula dengan salah satu saudara Muslim Dost yang telah mengirim sumbangan dan menyajikan hadiah kepada para pemimpin Al-Qaeda berupa perangkat elektronik yang digunakan dalam kegiatan Jihad, tetapi dalam kenyataannya peralatan elektronik itu tidak lebih dari alat penyadap dengan peralatan mata-mata untuk menuntun pesawat terbang AS hingga mengetahui posisi Mujahidin. Saudara si Muslim Dost ini terlanjur merebut hati dan kepercayaan dari para ikhwan mujahidin Arab, mereka menerima hadiah tersebut dan merasa diuntungkan dalam kegiatan jihad mereka, pada kenyataanya akhirnya mereka menyadari bahwa barang-barang ini menyebabkan kematian banyak di antara mereka dalam serangan pesawat tak berawak.
Dan ganjaran atas pelayanan “mulia” yang telah dipersembahkan Muslim Dost dan keluarganya kepada intelijen Amerika dan Pakistan dan Alu Salul, Arab Saudi memberi suaka politik kepada keluarga Muslim Dost. Saudara-saudara Muslim Dost sekarang tinggal di Arab Saudi, termasuk saudaranya yang terkenal yang bernama Badr Zaman.
Ketika Muslim Dost menunjukkan permusuhan kepada pemerintah Pakistan, anggota keluarga Muslim Dost justru bebas berkeliaran di kota Peshawar, Pakistan. Sementara semua orang mengetahui bahwa pemerintah Pakistan pasti akan menangkap mereka berikut istri dan anak-anak mereka, bagi mereka yang menunjukkan permusuhan terhadap Pemerintah Pakistan atau mendukung Taliban.
Kini, Muslim Dost telah bergabung dengan jajaran ISIS untuk menyerang Mujahidin Taliban dari belakang dengan belati pengkhianatan ini, dan dia membuka front pertempuran melawan Taliban untuk melemahkan mereka dan membantu Amerika melawan Taliban.
(muqawamah.net/arrahmah.com)