MALANG (Arrahmah.com) – Kapolri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti menyatakan tidak sedikit WNI yang “kepincut” dengan ISIS ini dan rela menjadi relawan.
Mengutip Antara Sabtu (27/6/2015), WNI yang sudah berangkat ke Suriah yang terdata sebanyak 185 orang (by name by address).
Dari 185 orang itu, 33 orang diantaranya meninggal, 11 orang kembali ke Indonesia, dan 39 orang ditangkap, sedangkan selebihnya masih di Suriah.
Sementara WNI yang tidak terdeteksi atau tidak terdata antara 600-700 orang.
“Masalah terorisme, radikalisme dan peredaran narkoba di Indonesia dari tahun ke tahun semakin menjadi-jadi. Teroris tidak akan pernah berhenti, demikian pula dengan peredaran narkoba yang sampai sekarang juga tidak ada habisnya, sehingga kedua masalah tersebut merupakan penyakit bangsa yang harus diperangi bersama,” kata Kapolri di Malang, Sabtu (27/6/2015).
Menurut dia saat menjadi pembicara dalam acara Kajian Ramadhan di Universitas Muhammadiyah (UMM) dengan tema Umatan Washatan untuk Indonesia Berkemajuan”, untuk menyelesaikan masalah tersebut, tidak cukup hanya diserahkan pada pemerintah, namun harus bersama-sama, berbagai komponen bangsa.
Terorisme dan radikalisme merupakan paham, namun jangan sekali-kali mengidentifikasi radikalisme dengan hanya melihat cara berpakaian karena bukan itu yang membedakannya.
Kapolri mengemukakan yang membedakan antara radikalisme dengan yang bukan radikalisme di antaranya adalah ideologinya, baik terorisme maupun radikalisme sama-sama tidak mengakui keberadaan Pancasila, tetapi syariat Islam.
Radikalisme, lanjutnya, terus berkembang, dan salah satunya adalah keberadaan Negara Islam Suriah-Irak (ISIS). Pada tahun 2013, sejumlah warga Suriah berkolaborasi dengan tentara eks Saddam Husein.
“Dampak dari keberadaan ISIS ini sangat luar biasa, di antaranya mengguncang stabilitas dunia, ancaman bagi Hak Asasi Manusia (HAM) hingga konflik Islam dengan Islam, bahkan karena umat Islam ini terus diadu, sampai-sampai tidak bisa membangun negaranya,” tegasnya.
Padahal, kata Kapolri, ISIS tersebut tidak murni ideologi Islam, tetapi sudah bermuatan politik yang tujuannya memang untuk memecah belah umat Islam di dunia.
(azm/arrahmah.com)