YOGYAKARTA (Arrahmah.com) – Alhamdulillah, pada Ahad (21/6/2015), telah dilaksanakan Talk Show Dakwah “Media Islam Menolak Kedzaliman” di Masjid Jogokariyan Yogyakarta. Acara yang dihadiri sekitar 200 peserta itu menampilkan dua tokoh media Islam Indonesia yakni, Muhammad Jibriel Abdul Rahman dan Abdul Rahim Ba’asyir.
Keduanya menyampaikan urgensi jihad dan dakwah melalui media dalam melawan arus propaganda anti-Islam dan penyelewengan informasi tentang dunia Islam, demikian Arrahmah melaporkan.
Menurut CEO Arrahmah.com, Muhammad Jibriel Abdul Rahman, mengatakan bahwa peran media Islam di era perang pemikiran ini sangatlah penting. Terlebih musuh Islam semakin gencar dalam propaganda menyesatkan Ummat melalui medianya.
Ia mencontohkan, “Saya pastikan media Syi’ah saat ini sangat kuat. Mereke melempar banyak syubhat di media, tapi dihias dengan hal-hal berbau ukhuwah sebagai kedok, ini satu contoh saja.”
Selain itu, media Islam juga hadir sebagai sahabat Ummat Islam Indonesia khususnya dan masyarakat sedunia pada umumnya untuk mendapatkan informasi yang benar tentang Islam. Sambil berseloroh Founder Arrahmah berkata, “Kalau tidak tahu, ya tanya pada sahabat yang tau. Jangan sok tau.”
Karena semangat saja belum cukup menjadi bekal Muslimin di akhir zaman ini. Maka, “Semangat itu butuh yang menyemangati,” lanjut Muhammad Jibriel.
Di lain pihak, CEO Muslimdaily.com, Abdul Rahim Ba’asyir, atau biasa disapa akrab Ustadz Iim mengatakan bahwa, media Islam tidak dapat menjalankan fungsi dakwah dan jihadnya sendirian, dibutuhkan gerak dari para pembaca juga. “Salah satu upaya kita saat ini [untuk] membantu media Islam adalah dengan menjadikan media-media Islam sebagai rujukan utama dan men-share-nya ke teman-teman,” ujarnya.
Sebagai clossing statement acara bincang-bincang tersebut, Muhammad Jibriel berpesan agar, “Selalulah berlapang dada dan berprasangka baik pada Allah. Kita tidak tahu di mana kita mati dan kapan kita mati. Maka salinglah menasehati yang baik sesama kita, terutama di bulan Ramadhan ini.”
Obrolan Jurnalis bersama Teras Dakwah
Dalam kesempatan yang sama, juga diadakan Obrolan Jurnalis yang
diselenggarakan oleh Teras Dakwah. Selain mempelajari teknik kepenulisan, peserta juga berkenalan dengan dunia jurnalistik Islam yang penuh dengan tantangan, baik tantangan teknis dan pemahaman.
“Kita menyampaikan kebenaran [via media apapun] itu tidak mudah.” Untuk menjadi jurnalis media Islam online pun ada ujiannya. “Tidak semua orang punya jaringan internet yang cepat. Sementara untuk media fisik, “Kita butuh relawan berita Islam untuk menyebar dan menempel berita-berita Islam di mading-mading masjid dan tempat lainnya,” terang CEO Arrahamah.com, Muhammad Jibriel Abdul Rahman.
Saat sesi silaturahim peserta bertanya, “Bagaimana ortu mas-mas ini, Ustadz Ba’asyir dan Ustadz Abu Jibriel mendidik sampai bisa jadi seperti ini?” dan masing-masing pembicara memberi jawaban beragamserupa tapi tak sama.
CEO Muslimdayli.com, Abdul Rahim Ba’asyir menjelaskan bahwa, kedua orang tuanya “Mendidik anak-anak istiqamah di atas Syari’ah. Beliau mendidik kita apa yang beliau amalkan dan lakukan. Itulah yang kami lihat dari ortu, dan itulah yang kami ingin tiru dari ortu. Kebanyakan ortu hanya menyuruh tapi tak memberi contoh pada anaknya.”
Sementara Muhammad Jibriel menerangkan bahwa, “Terbentuknya pemahaman jihad saya sudah terpupuk dari kecil. Ketika ortu bicara jihad, sebagai anak, saya ingin tau apa itu jihad. Saya sebagai anak, tidak dipaksa untuk menjadi mujahid tapi tentunya ortu pingin anaknya lebih baik dari dirinya. Saya hanya sering disuruh shalat oleh ortu, masakan mujahid shalatnya bolong-bolong. Dan ortu saya sangat menekankan makanan halal.”
“Ortu saya dan ustadz Ba’asyir dakwah jihad-nya 24 jam. Saya sebagai anak belum bisa meniru semuanya. Ortu saya tahajjud bangunnya jam 3, saya pingin tiru, tapi belum bisa semuanya,” lanjut Muhammad Jibriel.
Terkait semangat jihad, Ustadz Iim berkata, “Semangat jihad harus ada pada setiap muslim. Itu tuntutan Allah dan Rasul-Nya.”
“Pelajarilah Islam dengan sempurna. Hadiri kajian-kajian ilmu, jangan hanya semangat saja, karena kalau cuma semangat, mudah diprovokasi, lanjutnya.”
“Hati-hati [jika] mahasiswa menerima dan membanggakan para filosof dan tidak membanggakan apa firman Allah dan apa sabda Rasul,” tegas Ustadz Iim.
Adapun muatan yang diterapkan dalam media sebagai ladang jihadnya, Ustadz Iim mengatakan harus, “Sesuai syari’ah, bernilai dakwah dan membangun ukhuwah Islamiyah. [Itulah] 3 hal yang kami tanam di teman-teman Muslimdaily.”
Khusus kepada Ustadz Iim peserta bertanya, “Kenapa dulu Anda di JAT (Jama’ah Ansharu Tauhid), sekarang di JAS (Jama’ah Ansharu Syari’ah)?”
Secara lugas ia menjawab, “Menghormati seseorang tidak berarti kita harus ikuti semuanya, karena tak ada yang ma’shum selain dari Rasulullah. Ranah ijtihadiyah dengan bapak (Ustadz Abu Bakar Ba’asyir) dalam masalah ISIS. Di rumah, bapak sendirian mendukung ISIS, keluarga lainnya tidak.”
Putra Ustadz Abu Bakar Ba’asyir menyatakan bahwa ayahandanya telah menjadi korban penyelewengan informasi.
“[Bapak] Ini korban informasi. Beliau di dalam [lapas] terbatas menerima informasi, dan tentu semua ini ada hikmahnya. Kami husnuzhan, ini proses Bapak melihat kebenaran,” pungkasnya.
Dengan demikian, semoga pelatihan dan acara silaturahim di Masjid Jogokarian tersebut menjadi salah satu jalan menuju kebangkitan media Islam. Sebab, di akhir zaman ini semakin banyak fitnah.
Mudah-mudahan, dengan merambah media, para Mujahid Islam dapat menjadikannya sebagai senjata pembela Agama Allah, kaum Muslimin dan kemanusiaan dalam medan ghozwul fikri ini. Insyaa Allah.
(adibahasan/arrahmah.com)