BANDUNG (Arrahmah.com) – Sejarah ada untuk menjadi pelajaran bagi kita. Baik itu untuk mempelajari hal terkait ideologi, politik, sosial, pertahanan, agama, dan lainnya, termasuk ekonomi. Seperti dengan memahami sejarah hadirnya kertas bernama “uang” di muka bumi ini, kita dapat membongkar muslihat kaum Zionis Iluminati untuk menguasai dunia yang sejatinya “Allah wariskan kepada orang-orang yang beriman.”
Berikut Arrahmah kutipkan peran uang dalam sejarah, sebagai salah satu taktik Yahudi untuk menguasai dunia, dari Lampu Islam, pada Selasa (9/6/2015).
Dahulu kita mengenal sistem jual beli yang dinamakan “barter” sebagai cikal bakal alat tukar yang sekarang kini kenal dengan sebutan “uang”. Pada sejumlah kecil buku sejarah SMP dapat ditemui, setelah masa-masa pertukaran barang dengan barang, masa berikutnya menceritakan tentang alat tukar lain yang dikonversi dalam bentuk emas. Sistem pertukaran ini dilakukan karena emas dianggap logam mulia yang langka dan tidak bersifat radioaktif (alasan yang telah dirumuskan oleh para ahli).
Dengan kedua kategori tersebut, terkumpullah 4 unsur: radium, paladium, platinum, dan emas. Radium dan Paladium baru ditemukan pada akhir abad ke-18, dimana proses jual beli telah terjadi jutaan tahun sebelumnya, jadi menyingkirlah kedua unsur ini dari kandidat utama. Kemudian, Platinum. Seperti yang kita ketahui, Platinum hanya dapat meleleh dan dibentuk pada suhu 16000C, dimana teknologi terkini tidak dapat melakukannya secara efisien dan berbudget murah. Karena itulah emas tampil sebagai satu-satunya logam yang didaulat menjadi alat tukar.
Namun, seiring berjalannya waktu, alat tukar emas pun ditinggalkan dan diganti dengan lembaran-lembaran kertas bernominal dengan alasan efektifitas dan kelangkaan emas. Benarkah begini kenyataannya? Sayang sekali buku sejarah kita tidak menuliskan cerita alasan peralihan tersebut. Dengan demikian, penulis menjjabarkannya satu persatu agar kita semua paham, ada sebuah konspirasi mengerikan di baliknya.
Tahukah kita bahwa kaum Yahudi dahulu dilarang memiliki tanah di sebagian besar penjuru dunia? Tentu saja ada ingatan menggelitik tentang hal ini, bahwa sesuai janji Allah, mereka tidak akan mendapatkan tempat di manapun di Bumi ini setelah peristiwa pembangkangan mereka terhadap Nabi Musa ‘alaihis salaam.
Namun kita juga harus cermat memahami sejarah, bahwa mereka adalah kaum yang dikaruniai akal yang cerdas dan keahlian yang luar biasa banyak. Karena itulah mereka tidak kehabisan cara untuk tetap menjaga eksistensi kaum mereka. Sejak saat larangan memiliki tanah di Eropa bagi kaum Yahudi dikeluarkan, mereka menjadi kaum terpinggirkan yang tidak memiliki rumah dan harapan. Karena itu mereka memilih menjadi penyedia jasa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Jasa apakah yang mereka pilih? Mereka memilih menjadi penjual jasa penyimpanan emas.
Pilihan yang menakjubkan, karena ini berarti, mereka dapat menggunakan emas emas yang mereka dapatkan untuk kembali melipatgandakannya dengan berbagai cara. Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, mereka memang bangsa yang cerdas, namun juga licik. Mulai saat itu, mereka mulai dikenal dengan nama “goldsmith”.
Mereka memulai dengan memberikan sertifikat atas tanda bukti penyerahan emas yang dilakukan orang-orang kepada mereka. Semakin banyak orang yang menabung, semakin banyak sertifikat yang mereka keluarkan dan semakin banyak emas yang mereka timbun. Para pemilik emas hanya tinggal menukarkan sertifikat mereka apabila mereka ingin mengambil emas. Hasilnya, karena banyak sekali orang kaya, emas milik masyarakat tertimbun di gudang penyimpanan Yahudi, sementara kebutuhan masyarakat atas alat tukar sudah mulai tergantikan dengan sertifikat-sertifikat yang mereka miliki. Inilah cikal bakal uang kertas yang beredar hari ini.
Karena banyaknya emas yang tertimbun, mulailah kaum Yahudi memikirkan cara lain untuk mendapatkan uang. Mereka menyediakan jasa peminjaman. Dengan emas dari para investor, mereka menggunakannya untuk meminjamkan kembali dengan imbalan berlipat. Inilah yang kelak akan kita kenal dengan bunga. Kaum yahudi hanya tinggal menyerahkan sertifikat kepada para peminjam dan menerima emas sebagai pengembalian pinjaman. Hasilnya? Ini menjadi bisnis paling menguntungkan sepanjang sejarah manusia.
Tidak heran BANK dengan praktek RIBA sudah marak dan sangat jelas, karena yang menciptakan sistem riba mereka adalah Yahudi. Sistem riba dibuat atas dasar hawa nafsu untuk mencari keuntungan yang besar dengan cara bathil, sehingga Allah subhanahu wata’ala mengharamkannya.
Seiring dengan berjalannya waktu, semakin banyak orang yang menjadi debitor. Mereka rela antri duduk di bangku panjang untuk mendapatkan pinjaman dari goldsmith. Bangku panjang (banque) tempat duduk para calon debitor itu yang kemudian menjadi cikal bakal istilah “bank”. Dalam waktu tidak terlalu lama, para goldsmith menjadi orang-orang terkaya di dunia.
Para bangsawan dan para raja yang serakah membutuhkan dana untuk membiaya tentara, dan belanja pegawainya. Mereka pun tidak bisa menghindar untuk menjadi mangsa para goldsmith yang kemudian berganti istilah menjadi banker (pemilik bangku). Sekali meminjam, nilainya jutaan kali pinjaman yang diterima individu-individu, dan begitu juga keuntungan yang didapatkan banker.
Para banker itu senang dengan sifat serakah para raja dan bangsawan yang suka berperang memperebutkan kekuasaan. Semakin serakah mereka, semakin banyak perang yang dijalaninya dan itu berarti semakin banyak pinjaman yang bisa diberikan para banker.
Dalam banyak kasus, ketika perdamaian terjadi, para banker justru menjadi provokator politik untuk memicu peperangan. Di antara perang yang mereka rancang adalah demi tujuan emas semata. Sebut saja Perang Dunia I dan Perang Dunia II.
Setelah perang, para pemimpin dan sekaligus juga rakyat negara-negara yang terlibat perang menjadi sapi perahan para bankir atas hutang yang mereka tanggung. Selanjutnya, selain mendapatkan keuntungan materi yang tiada tara, banker juga mendapatkan keuntungan politik yang besar. Mereka dapat dengan mudah mengangkat seseorang menjadi penguasa semudah mereka menjatuhkannya dari kekuasaan. Dan semakin besar kekuasaan politik mereka, semakin besar pula keuntungan ekonomi mereka. Politik dan uang, dua sisi mata uang yang sama, semuanya telah dimiliki para banker.
Sistem perbankan yang berlaku saat ini adalah sistem yang sama dengan sistem perbankan goldsmith, dengan kualitas dan kuantitas yang jauh lebih besar. Contohnya bank kini bahkan tidak perlu lagi mengeluarkan uang kertas atau sertifikat untuk memberikan pinjaman.
Cukup dengan sebuah entry di komputer alias dengan udara kosong (abab, istilah Jawanya) maka kredit sudah diberikan. Dan kemudian, para debitor harus membayar dengan darah dan keringat atas abab yang diberikan banker. Jika gagal membayar, harta bendanya disita oleh bankir sebagaimana dialami jutaan debitor sub-prime mortgage di Amerika akhir-akhir ini.
Para bankir internasional saat ini adalah keturunan para goldsmith jaman dahulu. Sebagian besar bank di dunia, termasuk Indonesia, adalah milik para bankir internasional itu.
Pada suatu saat para banker itu bosan dengan tumpukan uang kertas yang menumpuk di gudang mereka setelah sebelumnya persediaan emas dunia kering tersedot ke brankas mereka kecuali sebagian kecil yang dipakai masyarakat sebagai perhiasan.
Mereka ingin pembayaran riil yakni, properti, tanah, emas, asset-asset perusahaan dan sebagainya. Maka mereka menghentikan suplai uang kertas dan menarik yang sudah beredar. Istilahnya kebijakan “tight money”. Dunia pun mengalami krisis finansial yang merembet ke seluruh sektor ekonomi. Perusahaan-perusahaan bangkrut, debitor-debitor tidak dapat membayar hutangnya, saham perusahaan-perusahaan anjlok.
Saat inilah para bankir itu menjalankan rencananya: memborong perusahaan-perusahaan yang bangkrut, saham-saham perusahaan yang anjlok, dan menyita harta benda debitor yang gagal bayar. Maka dalam waktu singkat terjadi pemindahan kekayaan besar-besaran dari masyarakat ke kas para banker. Dan dalam situasi itu, mereka dengan bersembunyi di balik jubah IMF dan Bank Dunia, datang menawarkan “bantuan” yang sebenarnya berupa kredit berbunga ganda yang mencekik leher dan hanya membuat manusia semakin jatuh dalam cengkeraman kekuasaan mereka.
Hal inilah yang terjadi pada fenomena Depresi Besar tahun 1930-an, Krisis Moneter tahun 1997 dan Krisis Finansial Global saat ini. Bahkan saat ini AMERIKA pun tak luput dari tipu daya segelintir orang tersebut. Amerika Serikat diambang resesi. Dengan utangnya yang mencapai $ 14,3 triliun dollar atau setara dengan 100 persen dari PDB-nya. Persetujuan Kongres tentang kenaikan utang, yang menyelamatkan Amerika Serikat dari gagal bayar (default), tak mendapat sambutan positif di seluruh pasar bursa saham. Nilai perdagangan di bursa saham, semuanya rontok, dan berimbas ke seluruh dunia.
Tak dapat dipungkiri, emas adalah pondasi sebuah kekuasaan. Tiga rencana besar masa penjajah yang datang ke Indonesia, dimana dapat kita temukan pada buku-buku sejarah adalah: gold (emas), glory (kejayaan), dan gospel (menyebarkan agama). Pada mulanya mereka menguasai sistem perekonomian kita, kemudian mereka akan mendapati diri mereka berjaya diatas dunia, bahkan antek-antek perdamaian yang bersembunyi dibalik topeng PBB adalah boneka mereka. Sejatinya, merekalah yang menjadi pemimpin dunia saat ini, karena dunia bungkam dan enggan melawan mereka. Setelah kejayaan mereka peroleh, dengan mudahnya mereka akan menanamkan pikiran-pikiran menyesatkan mengenai ajaran yang kita kenal dengan sebutan illuminati atau freemason. Jangan heran mengapa di mata uang kertas 1 Dollar ada Lambang illuminati.
Manusia semakin terjebak dalam kefanaan dan kebohongan, melalui emas kemerdekaan pikiran kita dijajah dan kini… masihkah kalian berpikir untuk memakai sistem-sistem yang mereka ciptakan untuk menguasai kita?
Apakah Anda berpikir, Anda sudah merdeka dari penjajahan? Tidak, kembali ke tujuan utama mereka yaitu exploitasi (GOLD-kekayaan) tambang yang berlimpah ruah, bisa Anda hitung tambang di negara ini dikelola oleh negara berapa % dibandingkan pihak asing?
Maka, sudah saatnya kita menjadikan sistem mereka sebagai bumerang yang akan menghancurkan mereka pada akhirnya, karena mereka kini sudah menjadi antek-antek setan untuk menyesatkan manusia. Tidakkah kalian ingat firman Allah dalam Qur’an Surat Al-Hijr ayat 39-40?
“Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik perbuatan maksiat di muka bumi dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba yang engkau beri petunjuk diantara mereka.”
Terkadang kita lupa dan terlalu sibuk memikirkan musuh yang tampak di hadapan mata namun kita lengah dengan hasutan dan bisikan setan yang membuat kita terbuai dengan keadaan dan enggan menyingsingkan lengan untuk berperang.
Percayakah kalian, bahwa 14 abad yang lalu, pada zaman Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam seekor kambing dihargai dengan 1-2 dinar.
“Ali bin Abdullah menceritakan pada kami, Sufyan menceritakan pada kami, Syahib bin Gharqadah menceritakan pada kami, ia berkata: penulis mendengar penduduk bercerita tentang Urwah, bahwa Nabi Muhammad SAW memberikan uang 1 Dinar kepadanya agar dibelikan seekor kambing untuk beliau (H.R Bukhari).”
Dan hari ini, seekor kambing pun dapat kita beli dengan harga 1-2 dinar juga. Emas tidak akan berkurang nilainya, jika harga emas dalam rupiah berkurang, maka harga kebutuhan sehari-hari disekitar kita pasti mengalami penurunan.
Pintar sekali bukan? Mereka mereka membuat teori baru dalam sistem ekonomi yang rumit mengatakan bahwa kemampuan jual-beli suatu negara mengakibatkan inflasi atau deflasi nilai mata uang. Padahal yang terjadi hanyalah mereka menghentikan peredaran uang kertas dan membuat semua orang berada dalam himpitan ekonomi.
Seperti yang telah mereka lakukan untuk memanipulasi pikiran kita tentang uang kertas, kita dapat mengembalikan kebenaran dengan menggunakan uang emas. Karena itu, hati-hatilah menyimpan uang dalam jumlah besar atau berinvestasi dalam bentuk kertas. Banyak sekali jasa yang disediakan oleh lembaga-lembaga keuangan syariah untuk menabung dinar. Alangkah lebih amannya kita menyimpan harta yang kita miliki dalam bentuk dinar agar tidak terkena inflasi dan penurunan nilai. (adibahasan/arrahmah.com)