JAKARTA (Arrahmah.com) – Sejak berusia 8 tahun saat duduk di bangku SD, Rika Suranti sudah menjadi yatim ditinggal sang ayah, Tarwiyan menghadap Ilahi. Meski dibesarkan dalam keluarga sederhana tanpa seorang ayah, Rika tumbuh menjadi anak yang ceria, pintar dan percaya diri. Ditambah dengan kepribadiannya yang baik dan shalihah, jadilah Rika sebagai anak yang disukai keluarga, tetangga, guru dan teman-temannya.
Namun saat tumbuh mekar menjadi remaja Muslimah, Rika kehilangan segala keceriaan dan aktivitas seperti remaja lainnya. Fisiknya makin ringkih dan berat badannya terus menyusut digerogoti tumor tulang ganas yang bersarang di lutut kirinya. Tergolek lemah menahan sakit, dengan beberapa selang infus yang menancap dan alat bantu pernafasan, nyaris tak banyak yang bisa diperbuatnya. Di bangsal perawatan, aktivitas berharganya adalah shalat, zikir, baca Al-Qur’an dan bercengkerama dengan ibu atau saudara-saudara yang piket menjaganya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta.
“Rika ini orangnya nurut sama orang tua, pendiam dan nggak pernah macam-macam. Ibadahnya juga rajin tekun, sekolahnya juga pintardan suka dapat ranking di kelas,” tutur Rohim, kakak kandung kepada Relawan IDC yang membesuknya, Kamis (21/5/2015).
Petaka bermula ketika remaja asal Mauk, Tangerang, Banten saat lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada bulan Agustus 2014 tahun lalu. Yatim berusia 16 tahun itu begitu gembira mendengar kelulusan dirinya, karena jalan menapaki jenjang pendidikan yang lebih tinggi makin dekat. Namun saat Rika hendak mengambil ijazah Rika terjatuh sehingga kaki kirinya keseleo. Rika pun dibawa ke tukang pijat kampung untuk diurut. Setelah diurut kakinya tidak kunjung sembuh, malah membengkak dan terus membengkak. Dua bulan kemudian, saat dironsen di klinik, baru diketahui ternyata bagian kaki yang membengkak itu tumbuh banyak gumpalan daging yang menutup tulangnya.
“Waktu itu dia baru mau ngambil ijazah bulan Agustus 2014, ia jatuh keseleo waktu dia sedang jalan kaki. Pertama kali setelah jatuh diurut di kampung. Namanya juga di kampung,ngga ada perubahan malah tambah perah. Sempat berjalan dua bulan membengkak, terus dibawa ke klinik untuk dirontgen, katanya ketutup gumpalan daging,” ungkapnya.
Hari demi hari berlalu makin kelabu, sakit Rika makin lama makin parah, hingga lututnya terus membengkak. Meski penyakitnya makin parah, tapi belum ada tindakan pengobatan yang berarti yang dilakukan oleh pihak keluarga. Sama sekali tak bermaksud menelantarkan, namun keluarga yatim ini terkendala masalah klasik ketiadaan biaya untuk berobat.
Terancam diamputasi
Setelah keluarga memiliki cukup uang berobat, akhirnya Rika dibawa berobat ke RSUD Tangerang. Pada saat itulah terjawab berita yang sangat mengerikan, Rika divonis menderita Malignant Neoplasm (kanker ganas). Kaki remaja muslimah ini pun terancam amputasi untuk menghentikan penyebaran kanker ke jaringan sekitar dan berbagai daerah tubuh yang jauh melewati darah maupun kelenjar getah bening, yang bisa berakibat kematian.
“Setelah dibawa ke RSUD Tangerang dan dironsen di sana baru kelihatan penyakitnya. Kata dokter itu kanker dan divonis harus diamputasi,” ujar Rohim dengan nada murung.
RSUD Tangerang pun merujuk Rika supaya segera dilarikan ke RSCM, namun untuk kesekian kalinya pengobatan Rika kembali tertunda karena terkendala biaya. Padahal tumor di kakinya tumbuh makin pesat menjadi sebesar kepala orang dewasa. Mereka hanya sanggup untuk menjalani rawat jalan di RSCM. Tapi karena rawat jalan yang tidak teratur, kanker Rika pun makin parah, dokter pun memasukknya ke ruang IGD.
“Masuk RSCM pertama kali rawat jalan mulai bulan April 2015 seharusnya seminggu 2 kali, berhubung faktor biaya, jadi ngacak rawat jalannya ngga teratur,” ujarnya.
Setelah menjalani rawat jalan di RSCM sejak Selasa (19/5/2015), dokter mendiagnosa penyakit yang lebih dahsyat yaitu kanker ganas tulang (Osteosarcoma) stadium tiga. Tak hanya itu, ternyata kanker ganasnya telah menyebar ke paru-paru.
Peduli kasih sesama Mukmin
Meski dapat fasilitas BPJS, bukan berarti semua biaya pengobatan ditanggung pemerintah. Karena obat-obatan yang cukup banyak dan mahal harus ditebus dengan biaya sendiri. Selain itu, biaya transportasi dan keperluan sehari-hari selama menunggu Rika di rumah sakit harus ditanggung sendiri. Sampai saat ini, keluarga Rika secara bergiliran setiap hari pulang-pergi dari Banten ke Jakarta untuk menunggu di rumah sakit.
Bu Mursiah (62) ibunda Rika yang hanya seorang janda dan tak punya pekerjaan, berharap bantuan dari kaum muslimin bagi pengobatan anak kesayangannya.
“Saya hanya sebagai ibu rumah tangga di rumah, ngga kerja apa-apa, selama ini biaya berobat ngutang-ngutang ke tetangga. Sampai sekarang sudah nggak ada uang lagi. Mohon, kita minta dibantu untuk berobat,” ujar Mursiah.
Demikian pula Rika, sambil meneteskan air mata, ia mengucapkan sepatah dua patah kata tentang kondisinya.
“Saya mau sembuh Pak, kaki saya sakit,” ujar Rika sambil meneteskan air mata saat Relawan IDC berpamitan pulang.
Musibah yang dialami anak yatim Rika Suranti adalah penderitaan kita juga. Karena persaudaraan setiap Muslim ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya otomatis terganggu karena merasakan kesakitan juga.
“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih).
Dengan membantu saudara kita yang tertimpa musibah, insya Allah akan mendatangkan keberkahan, kemudahan dan pertolongan Allah di dunia dan akhirat. Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat…” (HR Muslim).
Bagi kaum Muslimin yang terpanggil untuk membantu meringankan biaya pengobatan tumor Rika Suranti bisa mengirimkan donasi ke program Infaq Darurat IDC:
- Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BNI Syari’ah, No.Rek: 293.985.605 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri Syariah (BSM), No.Rek: 7050.888.422 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.728.9 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302 a/n: Yayasan Infak Dakwah Center.
- Bank CIMB Niaga, No.Rek: 675.0100.407.006 a.n Yayasan Infak Dakwah Center.
- Bank BCA, no.rek: 631.0230.497 a/n Budi Haryanto (Bendahara IDC).
CATATAN:
- Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 3.000 (tiga ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.003.000,- Rp 503.000,- Rp 203.000,- Rp 103.000,- 53.000,- dan seterusnya.
- Laporan penyaluran dana akan disampaikan secara online di:com.
- Bila biaya pengobatan yatim Rika Suranti sudah tercukupi/selesai, maka donasi dialihkan untuk program IDC lainnya.
- Info: 08567.700020 – 08999.704050
- PIN BB: 2AF8061E; BBM CHANNEL: C001F2BF0.
(azmuttaqin/arrahmah.com)