GAZA (Arrahmah.com) – Sebuah kelompok veteran militer “Israel” merilis testimoni dari sekitar 60 tentara yang berperang di Gaza selama agresi militer “Israel” yang berlangusung pada Juli-Agustus tahun lalu, sebagaimana dilansir oleh CNN, Selasa (5/5/2015).
Dari testimoni tersebut terdapat beberapa petikan yang mencengangkan, diantaranya: dalam laporan tersebut ada seorang tentara “Israel” yang mengaku merasa keren jika menembak seseorang di Gaza. Tentara yang lain menggambarkan tentang kehidupan di bekas rumah warga Gaza sebelum diledakkan.
Tesimoni yang lain menyebutkan bahwa dua orang wanita disebut teroris hanya karena mereka tertembak. “Jadi tentu saja mereka adalah teroris,” ujar tentara itu. Para wanita itu ternyata hanya warga sipil tak bersenjata.
Menanggapi laporan itu, militer “Israel” merilis pernyataan pada Senin sore (4/5) yang mengatakan, “berkomitmen untuk menyelidiki semua klaim kredibel yang diangkat melalui media, LSM dan keluhan resmi mengenai perilaku IDF (Israel Defense Force) selama operasi Protecive Edge.“
“Gagasan itu tidak untuk pembantaian massal… tapi komandan mereka berbohong kepada mereka dan berbohong kepada publik bahwa tidak ada warga sipil [tewas],” kata Stollar.
Di samping laporan tersebut, kelompok ini juga telah merilis video dari kesaksian para tentara “Israel”.
Selama konflik, IDF selalu berdalih bahwa banyaknya korban sipil karena Hamas menggunakan warga sipil sebagai perisai, dan menyimpan senjata serta artileri di sekolah dan rumah sakit.
“Pada pertengahan Maret kami mengulurkan tangan meminta kepada kepala staf militer dan mengirim surat yang memintanya untuk bertemu segera untuk membahas kesaksian dari para tentara dan kami tidak pernah mendapat respon positif atau respon apapun tentang hal itu,” ungkap Stoller.
Selain itu, Breaking the Silence mendapatkan amanat dari masyarakat dan karena itu bertujuan untuk meningkatkan pertanyaan tentang perilaku militer terhadap masyarakat sipil. Sejarah menunjukkan bahwa militer tidak memiliki kemampuan atau kesediaan untuk mempertanyakan kebijakan dan peraturan sendiri dan itulah sebabnya kami percaya bahwa penyelidikan independen di “Israel” yang bisa membawa perubahan ini.