VAQUEQUE (Arrahmah.com) – Subhanallah, sulitnya menggenggam iman begitu dirasakan Pak Abu Bakar dan Pak Kasim. Kedua sahabat yang berusia hampir 100 tahun itu adalah warga Vaqueque yang masih Muslim. Kondisinya yang terasing dalam makna sebenarnya, Arrahmah kutip dari surat Akhuna Taiko Ali Russia yang sedang berdakwah di Bumi Timor Leste, Sabtu (2/5/2015).
Surat yang dititipkan kepada Akhuna Ustadz Ahmad Farkhan, da’i dari Malaysia, pada Jum’at (1/5) tersebut, menjadi alasan bagi kita Ummat Islam untuk turut menolong saudara kita di negeri tetangga yang senantiasa istiqomah di jalan Allah. Berikut berita pilu dari Timor Leste yang telah kami tarjim dari bahasa Melayu ke dalam bahasa Indonesia dengan penambahan seperlunya, demi ketercapaian makna.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
“Salam kasih Ummat dari lereng lereng Gunung Timor Leste…
Alhamdulillah…Sholawat dan salaam ke atas junjungan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabah (semoga Allah meridhai mereka) atas pengorbanan mereka sehingga kita mendapat nikmat iman dan islam…
Alhamdulillah…kami sekarang berangkat ke Sektor (dakwah) berikutnya…nama daerahnya Vequeque…daerah yang berbukit-bukit dan lebih menguji serta lebih butuh kesungguhan (untuk sampai kesana, red). Perjalanan kami akan menempuhi lereng-lereng dan jurang yang lebih dalam.
Kemarin kami dikejutkan oleh satu peristiwa yang menyebabkan seluruh anggota Jama’ah (Tabligh ini) menanggis….
Kami dibawa oleh Ustadz Ibrahim….penangung jawab Daerah Baucau yaang baru pulang dari mengerjakan Umrah. Ia membawa kami ke satu kawasan pergunungan bernama Brema. Perjalanan kami menggunakan pickup 4×4 WD dengan menyusuri lereng gunung pinggiran pantai…kemudian berjalan kaki sejauh 3 km…menuruni bukit…melintasi sawah padi…membelah belantara dan akhirnya mendaki gunung…lalu sampai ke kawasan tersebut.
Di atas gunung Brema itu terdapat seorang insan yang Allah pelihara iman dan kalimahnya…berusia hampir 100 tahun.
Namanya Pak Abu Bakar…asalnya beliau beragama Pagan dan merupakan anak Pribumi. Beliau memeluk Islam pada tahun 1975 dan hampir seluruh kampungnya sekitar 500 orang juga memeluk Islam.
Tetapi oleh sebab faktor sekitar, seorang demi seorang telah meninggalkan Islam serta murtad dan akhirnya tinggal lah beliau berdua bersama sahabat baiknya Pak Kasim yang masih Islam dan mempertahankan kalimah (tauhid).
Hampir lebih dari 30 tahun keduanya berdiri teguh dengan pemikiran yang kuat berlandaskan Islam. Sementara mereka juga merasakan kerisauan atas banyaknya saudara serta penduduk kampung yang murtad.
Semenjak usia muda hingga Pak Abu Bakar tua tak henti berdakwah. Beliau adzan dan shalat seorang diri…terkadang berdua dengan Pak Kasim…hingga sekarang.
Ketika kami sampai, beliau agak terperanjat dan kelihatan bergetaran, menanggis gembira atas kunjungan kami.
Kami berpelukan sambil berlinangan airmata dan dari pelukannya seolah-olah (ia) tidak mau melepaskan kami…
Kami sampai sebelum Dzuhur dan menghabiskan waktu bersama (selepas) solat Dzuhur dan Ashar bersama sama.
Satu peristiwa (tentang kesabaran) dapat kami pelajari dari seorang lelaki tua yang tidak punya apa-apa itu. Rumahnya berdinding tanah liat dan beratapkan jerami. Ia bahkan berjalan kaki untuk mengambil wuduk hampir setengah kilometer di sumur yang jauh di lereng curam.
Kami juga belajar (tentang ukhuwah Islamiyah). Kami melihat beliau bersiap-siap untuk shalat bersama kami, tetapi kemudianya beliau berkata, “tunggu sebentar…saya ajak dulu kawan saya…(mengajak dalam maksud Khususi atau menyusuli). Beliau kemudian keluar dari Mushala dan berjalan hampir setengah kilometer lagi untuk menyusuli kawannya (Pak Kasim) untuk di bawa shalat berjama’ah di Mushala.
Allahu…kami makan siang bersama…Nasi putih berlaukkan sayur cabai dan (kaldu) Maggi yang kami bawa. Kata Pak Abu Bakar, puluhan tahun beliau cuma makan nasi dan pucuk kayu, kadangkala ikan, karena tidak ada (sumber protein hewani) yang Halal yang dapat dimakan. Disana, orang-orang sekampung keseluruhaannya memelihara Babi dan anjing (sebagai sembelihan sumber protein).
Kami berbincang-bincang dan ternyata beliau berbicara soal iman dan amal ssepanjang waktu dengan suara yang gemetaran (karena sudah udzur).
Selepas Ashar…kami bersiap untuk pulang ke Masjid Baucau. Ternyata beliau sekali lagi memeluk kami…seolah-olah tidak mau melepaskan dan perkataan yang menyayat hati kami ialah saat beliau berkata, “kapan lagi Anda semua akan mengunjungi saya…mungkin bila Anda datang lagi Bapak sudah tidak ada….” Beliau menanggis dan mengalirkan air mata…begitu juga kami….
Allahu. …kalimatullah tersembunyi di lereng Timor Leste. Beliau berkata lagi, ” Di mana lagi orang-orang Islam…yang selalu mengunjungi saya dan mereka disini hanya lah orang orang Dakwah seperti Anda…di mana manusia Islam yang lain…?”
Semoga Allah mewafatkan beliau dengan kalimah iman….
Kalimah kalimah Allah tersembunyi di lereng-lereng gunung Timor Leste.
Doakan jama’ah kami…
Ali Russia
Baucau Sektor Timor
Timor Leste
Allahu yahfidzhu.
Dengan demikian, adalah sebuah ketakutan yang tidak beralasan jika beberapa waktu lalu giat dakwah para santri dari Solo dijegal aparat, sebelum menyebrang ke Rote. Kini Allah subhanahu wata’ala kabarkan langsung bahwa dakwah harus terus ada, karena saudara seiman kita di berbagai pelosok yang membutuhkan silaturahim dan bantuan sarana fisik dari kaum Muslimin. Laa hawla walaa quwwata illa billah. (adibahasan/arrahmah.com)