GAZA (Arrahmah.com) – Tidak ada yang dapat menghindari dampak penjajahan. Termasuk bocah Gaza yang terlahir, tumbuh dan berkembang di Palestina yang dijajah zionis “Israel” sejak tahun 1948.
Jika kita hitung perlimapuluh tahun, maka bocah Gaza pada foto ini adalah generasi ketiga dari bangsa Palestina yang terjajah. Ada “sesuatu” berbicara di balik foto yang dipublikasikan SNA, pada Jum’at (10/4/2015) ini.
Jika kita cermati, identitas kanak-kanak bocah Gaza ini telah bergeser, dari bocah polos menjadi begitu kental dengan militerisme. Meski ia disini hanya bermain peran sebagai “Mujahidin” Brigade Izzuddin Al-Qossam, namun seragamnya tak hanya sehelai pakaian yang melekat di tubuh seorang bocah.
Bocah Gaza, bukan anak kecil biasa. Dalam sudut pandang trio teoris pendidikan anak barat seperti Allison James, Chris Jenks, dan Alan Prout (1998), bocah ini memiliki nilai istimewa. Foto ini menangkap jiwa pejuang dalam tubuh seorang anak ingusan.
Penjajahan “Israel” membuat anak sekecil ini mengimitasi bagaimana seharusnya ia berjuang. Dari sana ia belajar melakukan perlawanan. Kekejian zionis “memaksanya” berjiwa besar, tersenyum penuh kemenangan di balik seragam pahlawan bangsa Palestina, Brigade Izzuddin Al-Qossam.
Bisa jadi, bocah Gaza ini tidak sendiri. Keseharian yang “keras” dan penuh dengan intimidasi pihak zionis, membantu menyuburkan benih-benih Mujahidin Palestina yang baru.
“Israel” bisa saja menculik dan menahan anak-anak Palestina lain setiap harinya, tetapi semakin gencar zionis mengekang, semakin banyak pejuang baru muncul sedari dini dari rahim wanita-wanita Palestina. Allahu Akbar!
Inikah generasi yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang Mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela?
Wallahua’lam bish-showwab.
(adibahasan/arrahmah.com)