SURIAH (Arrahmah.com) – Mujahidin Jabhah Nushrah, cabang Al-Qaeda di Suriah, pada Rabu (1/4/2015) mengabarkan bahwa kota Idlib yang berhasil dibebaskan gabungan Mujahidin Jasyul Fath dari cengkraman rezim Nushairiyah Suriah dalam beberapa hari terakhir akan berusaha menerapkan Syariah Islam, namun mereka tidak akan memonopoli kekuasaan di sana, lansir WB.
Amir Jabhah Nushrah, Syaikh Abu Muhammad Al-Jaulani, juga mengatakan penduduk kota barat laut Idlib akan diperlakukan dengan baik oleh para pejuang Jabhah Nushrah dan faksi lainnya yang akhirnya berhasil membebaskan kota ini pada Sabtu (28/3).
“Kami salut dengan rakyat Idlib dan pendirian mereka dengan anak-anak mereka, Mujahidin, dan in syaa Allah mereka akan menikmati keadilan syariah, yang akan menjaga agama mereka dan darah mereka,” kata Syaikh Jaulani dalam rekaman audio yang diposting di media online yang berafiliasi dengan Jabhah Nushrah.
Pembebasan Idlib menandai kedua kalinya sejak awal konflik Suriah bahwa pemerintah diktator Assad telah kehilangan control ibukota provinsi. Yang pertama adalah Raqqa, yang sebelumnya juga telah berhasil dibebaskan Mujahidin Suriah namun kemudian direbut dan diklaim oleh kelompok Daulah Islamiyah, atau Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS.
Jabhah Nushrah dan kelompok-kelompok jihad lainnya termasuk Ahrar Syam, yang melawan penyimpangan ISIS, akhirnya berhasil menguasai Idlib, 30 km (20 mil) dari perbatasan Turki, setelah pertempuran sengit selama 5 hari sejak Selasa (24/3) melawan pasukan rezim Syiah Nushairiyah.
Syaikh Jaulani mengatakan pengambilalihan Idlib menunjukkan bahwa perjuangan dengan mencari dukungan dari Barat dan kekuatan regional adalah sebuah “ilusi”.
Syaikh Jaulani mendesak persatuan di antara kelompok-kelompok yang memenangkan Idlib dan mengatakan mereka harus mendirikan sebuah pengadilan Islam untuk menyelesaikan urusan masyarakat dengan sebaik-baiknya. Beliau juga mengatakan harta milik masyarakat umum harus dilindungi.
“Kami sebagai Jabhah Nushrah mengonfirmasi bahwa kami tidak berusaha untuk memerintah kota atau memonopolinya tanpa [bantuan] yang lain,” katanya.
Beliau juga mendesak orang-orang di sana untuk kembali bekerja, termasuk mereka yang mengawasi layanan penting seperti toko-toko roti dan jaringan listrik.
(banan/arrahmah.com)