BAGHDAD (Arrahmah.com) – Pelanggaran yang dilakukan oleh milisi yang mendukung pasukan keamanan rezim Irak telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, memaksa sedikitnya 3.000 Muslim meninggalkan rumah mereka, ujar laporan Human Rights Watch yang dirilis pada Ahad (15/2/2015).
Warga di daerah Muqdadiyya, provinsi Diyala telah dilarang kembali ke rumah mereka, ujar HRW. Selain itu kelompok hak asasi internasional ini juga melaporkan bahwa warga sipil telah diculik dan terungkap beberapa kasus eksekusi.
Milisi sekutu dan pasukan rezim Irak mulai melakukan berbagai pelanggaran pada awal bulan Juni, tak lama setelah Daulah Islam (ISIS/IS) mengambil alih kota terbesa di Irak, kota Mosul dan pelanggaran meningkat sekitar bulan Oktober, ujar
laporan HRW seperti dilansir Al Arabiya pada Senin (1/2).
“Dengan pemerintah menanggapi orang-orang yang mereka anggap ‘teroris’ dengan penangkapan sewenang-wenang dan eksekusi, warga kini tidak memiliki tempat untuk mencari perlindungan,” ujar Joe Stork, wakil direktur HRW untuk Timur Tengah dan
Afrika Utara.
Berdasarkan laporan enam orang warga, warga dari desa-desa di dekat Muqdadiyya meninggalkan rumah mereka pada bulan Juni dan Juli ketika militan Asaaib al-Haqq dan pasukan SWAT Irak melancarkan serangan.
Menurut HRW, serangan tampaknya menjadi bagian dari kampanye untuk membersihkan daerah tersebut dari kaum Muslim.
“Hari pembalasan akan datang, kami akan menyerang daerah sampai tidak ada yang tersisa. Apakah pesan saya jelas?” Ujar Hadi al-Ameri, komandan Brigade Badr yang juga pernah menjadi menteri di pemerintahan Nouri al-Maliki, mengatakan kepada
warga Muslim di daerah tersebut pada Desember lalu.
Para peneliti dari kelompok hak asasi manusia mengatakan mereka menyaksikan militan Syi’ah pro-rezim Irak menduduki dan membakar rumah-rumah warga di provinsi Salah al-Din setelah ISIS mundur, lansir Al Arabiya.
Milisi Syi’ah tersebut juga bertanggung jawab atas penggusuran dan pembunuhan di pinggiran Baghdad.
HRW mengatakan, pelanggaran terakhir terjadi pada Januari 2015 dimana milisi Syi’ah, relawan Syi’ah dan pasukan rezim Syi’ah Irak dilaporkan mengeksekusi warga sipil sebanyak 72 orang.
Rezim baru Irak di bawah pimpinan Perdana Menteri Haidar al-Abadi mengklaim akan memngontrol semua kelompok bersenjata.
“Tidak ada kelompok bersenjata atau milisi yang bekerja di luar atas sejajar dengan pasukan keamanan Irak,” klaim Haidar. (haninmazaya/arrahmah.com)