SINAI (Arrahmah.com) – Dua bom mobil melukai enam orang pada Sabtu (14/2/2015) ketika petugas junta Mesir menembaki kendaraan-kendaraan yang mendekati sebuah kantor polisi di Semenanjung Sinai yang bergolak, kata para pejabat setempat, sebagaimana dilansir WB.
Serangan itu terjadi di kota Sheikh Zuweid di Sinai Utara di mana pasukan keamanan junta Mesir memerangi para pejuang Islam.
Pemboman terjadi setelah serangan mematikan bulan lalu menewaskan 30 tentara boneka Mesir di Sinai Utara.
“Kedua mobil yang dikemudikan oleh pembom bunuh diri itu ingin meledakkan kantor polisi Sheikh Zuweid,” kata seorang pejabat keamanan setempat.
“Pasukan keamanan menembaki mobil ketika mereka mendekati kantor polisi. Kendaraan meledak, menewaskan dua pelaku bom bunuh diri.”
Dua mobil lainnya yang membawa orang-orang bersenjata dan mengikuti pelaku bom bunuh diri melarikan diri dari TKP, namun, kata pejabat itu, yang menambahkan bahwa pasukan keamanan sedang mencari mereka.
Pejuang perlawanan telah secara teratur melancarkan serangan spektakuler terhadap pasukan keamanan di Semenanjung Sinai di mana tentara telah diterjunkan untuk melawan para pejuang Islam.
Perlawanan telah memuncak sejak militer menggulingkan presiden Muhammad Mursi pada bulan Juli tahun 2013.
Para pejuang perlawanan mengatakan serangan mereka sebagai pembalasan untuk tindakan keras pemerintah junta yang telah membunuh ratusan orang dengan menargetkan para pendukung Mursi.
Tiga puluh tentara junta tewas pada 29 Januari dalam serangan simultan di Sinai Utara, yang paling mematikan saat mereka berada di ibukota provinsi Al-Arish ketika pejuang menembakkan roket dan meledakkan bom mobil syahid dengan menargetkan pangkalan militer.
Serangan serupa yang diluncurkan pada 24 Oktober juga dekat El-Arish menewaskan 30 tentara, setelah pemerintah memberlakukan keadaan darurat dan jam malam di beberapa bagian utara Sinai.
Sejak serangan Oktober, pasukan junta Mesir juga telah membangun zona penyangga di kota Rafah yang berbatasan dengan “Israel” dan Jalur Gaza Palestina untuk mencegah para pejuang masuk.
(banan/arrahmah.com)