NEW YORK (Arrahmah.com) – Dengan memanfaatkan kondisi perekonomian Rusia yang terguncang akibat anjloknya harga minyak dunia, Arab Saudi berusaha menekan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menghentikan dukungannya terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad, sebagaimana dilaporkan The New York Times, Rabu (4/2/2015).
Meski demikian, dalam berbagai kesempatan, RHBT Indonesia juga melansir Putin telah mengatakan bahwa ia lebih baik bertahan di tengah kesulitan ekonomi dibanding mengubah kebijakannya karena tekanan dari luar.
Sementara Arab Saudi, sebagai pemain utama dalam OPEC yang menguasai seperlima cadangan minyak dunia, berusaha menggunakan pengaruh besarnya dalam mengontrol harga dan jumlah produksi minyak dunia guna mengendalikan Rusia.
Menurut keterangan pihak Saudi dan AS, Arab Saudi dan Rusia telah beberapa kali berdialog dalam beberapa bulan terakhir, namun hingga kini belum menghasilkan terobosan yang signifikan. Atas pemberitaan mengenai adanya negosiasi antara Rusia dan Arab Saudi guna mengurangi jumlah produksi minyak Saudi, dengan imbalan Moskow mencabut dukungan terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad, Ketua Komisi Hubungan Internasional di Majelis Rendah Parlemen Rusia (Duma) Alexey Pushkov melakukan penyagkalan.
“Tidak ada negosiasi semacam itu. Itu omong kosong,” tulis Pushkov di akun Twitter-nya, Rabu (4/2).
Pemerintah Saudi sempat menyatakan bahwa harga minyak dunia saat ini merupakan refleksi dari jumlah permintaan dan penawaran pasar. Mereka juga menegaskan bahwa Arab Saudi tidak akan membiarkan isu geopolitik menyetir agenda ekonomi mereka.
Namun, sebagaimana yang diberitakan The New York Times, Arab Saudi yakin bahwa mereka bisa mendapatkan keuntungan diplomatik dengan membiarkan harga minyak tetap rendah, termasuk kesempatan untuk menjatuhkan Assad. Wallahua’lam bish shawwab. (adibahasan/arrahmah.com)