TURKI (Arrahmah.com) – Supaya tidak diblokir di seluruh Turki, Facebook akhirnya menutup akses pengguna Turki ke sejumlah halaman yang berisi konten yang dianggap menghina Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam.
Hal itu disampaikan oleh karyawan perusahaan Facebook yang mengetahui langsung tentang masalah tersebut dan laporan oleh penyiar negara TRT, sebagaimana dilansir NY Times pada Selasa (27/1/2015).
Perusahaan itu bertindak demikian dalam rangka mematuhi perintah dari pengadilan Turki, kata karyawan tersebut pada Senin (26/1), berbicara dengan syarat anonim karena Facebook tidak memberikan kewenangan pada karyawannya untuk berbicara secara terbuka. Perintah pengadilan Turki dikeluarkan pada Ahad (25/1) malam atas permintaan jaksa lokal di Ankara.
Pemerintah Turki yang berusaha menerapkan aturan Islam tidak ragu-ragu untuk memotong sementara akses ke layanan seperti Twitter dan YouTube untuk berbagai alasan politik, dan sering mengintervensi untuk membatasi konten yang dianggap tidak pantas, meskipun mendapat kritik keras dari Barat yang kerap menyalahgunakan kebebasan berbicara.
Seperti banyak perusahaan teknologi Amerika lainnya, Facebook, yang memiliki lebih dari 1,2 miliar pengguna di seluruh dunia, telah mengusahakan pertumbuhan di pasar negara-negara berkembang seperti Turki. Mereka cenderung untuk fokus pada layanan mobile di negara-negara tersebut, karena sebagian besar pengguna internet di dunia berkembang lebih memilih konten pada ponsel daripada komputer.
Strategi ini kadang-kadang melibatkan jaringan sosial dalam situasi politik yang penuh gejolak, seperti ketika para aktivis menggunakan Facebook untuk mengatur protes Musim Semi Arab. Dan pendekatan semacam itu sering menyebabkan perusahaan melawan pemerintah yang mencoba untuk membatasi konten online untuk alasan politik atau sosial.
Meskipun Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu, pergi ke Paris bulan ini untuk mengungkapkan solidaritas setelah serangan mematikan yang dilancarkan Mujahidin Al-Qaeda di kantor majalah satir Charlie Hebdo, dia kembali menjanjikan tindakan pemerintah terhadap konten nyeleneh Charlie Hebdo, termasuk penggambaran Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam, yang mengundang kemarahan dan keprihatinan Muslim di seluruh dunia.
Dua pekan lalu, jaksa mulai penyelidikan terhadap Cumhuriyet, sebuah surat kabar Turki, dan dua penulisnya setelah mereka mencetak ulang konten edisi pertama Charlie Hebdo menyusul serangan yang menewaskan 12 orang di Paris itu, termasuk ilustrasi sampul Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam.
Pemerintah Turki juga memblokir Twitter dan YouTube Maret tahun lalu setelah memposting informasi yang bocor terkait detail diskusi pejabat senior mengenai rencana aksi militer di Suriah, dan rekaman audio yang sepertinya menyiratkan korupsi di kalangan pejabat Turki. Butuh waktu dua minggu bagi Twitter, dan dua bulan bagi YouTube, untuk mengakhiri pemblokiran tersebut.
Para pejabat Turki juga mengancam akan menutup Twitter di negara itu bulan ini kecuali jika Twitter memblokir akun surat kabar lokal yang telah mengedarkan suatu dokumen yang dianggap melanggar ketentuan.
“Dibandingkan dengan Twitter dan YouTube, kerja sama Facebook dengan otoritas Turki jauh lebih baik,” kata Yaman Akdeniz, seorang profesor cyberlaw di Universitas Bilgi di Istanbul. “Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Facebook menghapus halaman-halaman ini dengan segera.”
(banan/arrahmah.com)