JAKARTA (Arrahmah.com) – Kurangnya reaksi pembelaan Ummat Islam Indonesia terhadap Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam dari penistaan beliau oleh Majalah Charlie Hebdo, dinilai Sekjen MIUMI sebagai tanda bahaya.
Menurutnya, bukti cinta kepada Rasulullah adalah dengan pembelaan terhadap syiar-syiar kesucian Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana dilaporkan Kiblat pada Sabtu (24/1/2015).
“Indonesia ini kan mayoritas ya. Mayoritas ini kadang merasa dirinya sudah berislam, padahal dirinya sendiri sedang terkungkung,” ujar Sekjen MIUMI Ustadz Bachtiar Nasir kepada Kiblat, beberapa waktu lalu.
“Bahaya ketika orang Islam tidak peduli tentang penistaan kepada Nabinya SAW. Orang-orang Indonesia yang tidak peduli pada urusan ini, kemungkinan bukan orang Islam. Hanya simpatisan orang Islam yang sholat,” ungkap dai muda yang akrab disapa UBN ini.
Menurut Ustadz Bachtiar Nasir, bukti cinta kepada Rasulullah adalah dengan pembelaan terhadap syiar-syiar kesucian Nabi SAW. Jika kesucian Nabi dihinakan, Ummat Islam harus membelanya.
Ia kemudian menyebutkan sejumlah penghinaan terhadap simbol-simbol syiar nabi, mulai dari bendera hitam yang dinistakan, stempel Nabi Muhammad SAW yang diidentikkan dengan teroris, sampai kepada sosok nabinya sendiri yang dinistakan.
“Buat apa kita bermaulid kalau pada akhirnya ghirah kecintaan kepada Rasul itu tidak tumbuh,” tegasnya. (adibahasan/arrahmah.com)