MONTREAL (Arrahmah.com) – Kelompok pengawas Islamophobia telah memperingatkan bahwa liputan media yang bias mendorong perpecahan dan rasisme di provinsi berbahasa Perancis Quebec. Hal itu terjadi terutama setelah serangan Paris yang menjadi korban Muslim menyeberangi Eropa, sebagaimana dilaporkan OnIslam pada Jum’at (23/1/2015).
“Apa yang [disebut islamofobia itu] baru benar-benar terjadi di sekolah-sekolah,” ujar Adil Charkaoui, koordinator Collectif Québécois Contre l’Islamophobie, dikutip oleh Montreal Gazette.
“Kami memiliki banyak mahasiswa di akademi, di universitas, di sekolah menengah yang (menghadapi) cukup Islamofobia (dan) komentar rasis dari para guru. Khususnya saat guru, bertanya kepada mereka, “Apa pendapatmu tentang serangan-serangan itu? Apakah kamu setuju dengan apa yang Islam ajarkan padamu?”
“Jadi orang-orang (para siswa) merasa bahwa mereka harus membela diri di depan semua kelas.”
Charkaoui mengemukakan komentar tersebut setelah menghadiri konferensi Montreal pada Islamophobia di Kamis, 22 Januari.
Berbicara dalam konferensi, Charkaoui mengatakan bahwa kelompoknya telah mendokumentasikan lebih dari 123 serangan Islamofobia sejak Charlie Hebdo diserang awal bulan ini.
Sekitar 187 keluhan terhadap media lokal juga diterjunkan oleh kelompok non-profit Collectif Québécois Contre l’Islamophobie.
Terdapat 409 keluhan yang diajukan oleh kelompok pada tahun 2014, 12 pengaduan yang ada merupakan serangan terhadap masjid.
Selain itu, beberapa orang tua mengeluh tentang Intelijen Keamanan yang melakukan penggerebekan di rumah mereka dan mencari komputer anak-anak dan ponsel mereka.
Aktivis Kaum Muslim, Charkaoui, telah menyalahkan media yang telah mempromosikan sentimen dan diskriminasi anti-Muslim dengan menggunakan “kami” dan “mereka” sambil merujuk pada komunitas Muslim.
Menurut Charkaoui, sosialisasi Piagam Nilai tahun 2013 dan 2014 yang kontroversial telah menyebabkan peningkatan tajam dalam serangan Islamofobia yang terutama ditargetkan kepada perempuan Muslim.
Piagam Nilai Quebec melarang pegawai negeri dari memakai simbol-simbol agama mencolok, termasuk jilbab, turban. Padahal, berdasarkan fakta, penggunaan salib lebih besar dari rata-rata.
Serangan teror ganda di Ottawa dan Saint-Jean-sur-Richelieu, beberapa bulan yang lalu, ditambah dengan penembakan Paris telah menyebabkan tingkat diskriminasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dari serangan anti-Muslim di Kanada di mana beberapa masjid turut dirusak.
Sekitar 2,8 persen dari 32.800.000 penduduk Kanadaadalah Muslim, dan Islam adalah nomor satu-satunya keyakinan non-Kristen di negara ini.
Sebuah survei terbaru menunjukkan bahwa mayoritas Muslim bangga menjadi warga Kanada, dan bahwa mereka lebih berpendidikan daripada populasi umum. (adibahasan/arrahmah.com)