(Arrahmah.com) – Syaikh Iyadh Al-Qunaibi di halaman Twitter-nya pada Selasa (13/1/2015) menyampaikan serangkaian tweet yang berisi nasihat untuk kaum Muslimin yang marah kepada “teroris” penyerang Charlie Hebdo, majalah satir Perancis yang kerap menghina Islam dan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, di Paris.
Dalam kultwitnya, Syaikh Iyadh menyampaikan nasihat seputar betapa menyakitkan rasanya melihat Muslim justru bersikap lebih lembut kepada orang-orang musyrik daripada kepada sesama Muslim. Berikut terjemahan nasihat beliau yang dipublikasikan Kiblat pada Rabu (14/1).
Pasca peristiwa majalah Perancis Charlie Hebdo kita melihat di jejaring sosial sebagian muslim memuji peristiwa tersebut dan sebagian lain membencinya.
Tujuan di sini bukanlah diskusi tentang hukumnya menurut syariat serta maslahat dan madharat yang mungkin ditimbulkan. Namun, menyakitkan rasanya melihat muslim justru bersikap lebih lembut kepada orang-orang musyrik daripada sesama Muslim! Mengomentari orang-orang yang setuju atau bergembira atas aksi tersebut dengan kata-kata, seperti:
“Dasar celaka! Terorisme telah tertanam di otak kalian!” atau “Orang-orang seperti kalian inilah yang membuat orang lari dari Islam!”
Saya jadi ingat sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim bahwa Abu Sufyan pernah berjalan melewati Salman, Bilal, dan Shuhaib dalam sebuah rombongan. Hal ini terjadi setelah peristiwa Perjanjian Hudaibiyah. Para sahabat itu berkata kepada Abu Sufyan, “Pedang-pedang Allah belum sempat menyentuh leher musuh Allah.”
Mereka mengatakan itu sebagai bentuk kemarahan kepada Abu Sufyan (sebelum masuk Islam) karena telah menyakiti kaum muslimin.
Mendengar ucapan itu, Abu Bakar berkata, “Apakah kalian mengatakan itu kepada tokoh dan pemuka Quraisy?” Abu Bakar kemudian mendatangi Nabi saw dan mengabarkan kepadanya. Maka Nabi saw bersabda, “Wahai Abu Bakar, mungkin kamu membuat mereka marah. Jika kamu membuat mereka marah, berarti kamu telah membuat Tuhanmu marah.” Abu Bakar pun mendatangi mereka lantas berkata, “Wahai saudara-saudaraku, apakah aku telah membuat kalian marah?” Mereka menjawab, “Tidak, wahai saudaraku, semoga Allah mengampunimu.”
Saudara-saudaraku, Nabi saw mengingatkan kita bahwa kedudukan orang musyrik yang memusuhi itu pada dasarnya lebih rendah dan tidak pantas menjadi alasan untuk marah kepada seorang muslim.
Para sahabat mengucapkan kata-kata seperti itu karena kecintaan kepada Allah, kecemburuan kepada agama-Nya, dan kebencian kepada orang yang memusuhinya. Allah marah karena kemarahan mereka dan ridha karena keridhaan mereka.
Perhatikanlah, Abu Bakar hanya mengingatkan mereka dengan kata-kata yang lembut dan tidak menyerang, mencela, maupun melecehkan. Ia juga tidak mengatakan, “Kalian telah memperburuk citra Islam.” Namun demikian, Rasulullah mengingatkan bahwa itu bisa membuat mereka marah karena membela orang kafir bisa membuat Allah Ta’ala marah!
Bagaimana bila itu dibandingkan dengan kedudukan para redaktur Majalah Charlie Hebdo yang menghina Nabi kita? Mereka bukanlah orang-orang yang dilindung di negeri Islam dan tidak berhenti dari berbuat buruk kepada kita! Lantas mengapa Anda menyerang saudara Anda seiman, marah kepadanya, dan menimbulkan badai perdebatan yang menambah perpecahan?
Ya, Anda memiliki hak untuk mendiskusikan masalah ini menurut Syariah dengan cara yang lembut. Benar bahwa sebagian pemuda Islam mungkin salah dalam cara dan kata-kata. Akan tetapi, bukankah mereka lebih utama mendapatkan kelembutan dan kelapangan dada Anda daripada orang-orang musyrik yang kepada mereka Anda —dan kami juga— hendak memberikan gambaran yang indah tentang Islam?
Saudara-saudaraku, seluruh dunia kita kuasai pun tidak lebih sedikit daripada bila kita saling menyayangi, bukan menghina dan mengejek satu sama lain.
Wassalam.
(banan/arrahmah.com)