HOMS (Arrahmah.com) – Penembak jitu yang ditempatkan di atap Rumah Sakit Nasional di Homs telah menjadi mimpi buruk bagi semua orang yang tinggal di al-Waer, karena mereka tidak membedakan anak-anak dan orang tua, setiap benda yang bergerak adalah target.
Saksi mata melaporkan sebuah kisah yang sangat sedih di mana seorang pemuda yang menyelamatkan seorang lansia terluka oleh peluru penembak jitu, namun sayangnya ia menjadi korban ketika ia kembali ditembak saat mencoba untuk mengambil payung dan ponsel milik orang tua tersebut, lansir Zaman Alwasl pada Sabtu (6/12/2014).
Jumlah kematian oleh penembak jitu rezim Nushairiyah pimpinan Assad memaksa komite sipil di lingkungan al-Waer untuk membahas krisis penembak jitu dalam pertemuan mereka dengan Mayor Jenderal Deeb Zaitoon untuk mencapai kesepakatan.
“Ada banyak penembak jitu di atap Rumah Sakit Nasional, selain tempat tersebut bisa mencakup wilayah yang luas, itu juga memungkinkan penembak jitu untuk mengintai seluruh wilayah di empat arah dan membuat sulit pejuang untuk menargetkan mereka,” ujar Hasan Zein Abo, seorang aktivis setempat.
Dia menambahkan bahwa penembak jitu kemungkinan campuran dari pasukan rezim dan Pasukan Pertahanan Nasional (NDF).
“Pejuang di Al Waer telah berurusan dengan penembak jitu berkali-kali, namun karena bangunan memiliki tingkat yang berbeda dan penembak jitu melakukan aksi ‘hit and run’, sulit bagi pejuang untuk menyingkirkan mereka,” tambahnya.
Dalam hal menargetkan rumah-rumah sipil, Hasan menegaskan bahwa milisi NDF yang tempatkan di Rumah Sakit Nasional membom rumah dengan senjata berat berkali-kali yang menyebabkan kerusakan dan kebakaran.
Hasan menegaskan bahwa penembak jitu membunuh orang lebih daripada roket.
Aktivis lainnya, Nader Tayarah menjelaskan bahwa atap rumah sakit telah menjadi tempat penyimpanan senjata berat dan menengah dan milisi NDF telah mengendalikannya setelah pasukan rezim menarik diri.
Selain Rumah Sakit Nasional, banyak bangunan di Homs yang menjadi stasiun untuk para penembak jitu seperti Tower Gardinia yang digambarkan sebagai “menara kematian” oleh warga Homs dan gedung pusat kota. (haninmazaya/arrahmah.com)