BRUSSEL (Arrahmah.com) – Pembangunan pemukiman Yahudi di Tepi Barat menuai kecaman dari pihak Uni Eropa. Sejumlah diplomat Eropa dan pejabat penting “Israel” mengatakan bahwa komusioner hubungan luar negeri Uni Eropa tiga pekan lalu telah membagikan dokumen rahasia kepada perwakilan 28 negara anggota (UE) yang berisi draft usulan sejumlah sanksi yang akan diberikan kepada “Israel”, sebagaimana dikutip koran zionis Haaretz pada Ahad (16/11). Sanksi tersebut diberikan atas aktivitas pembangunan pemukiman yahudi di Tepi Barat yang dianggap solusi perdamaian, dari memustahilkan pendirian negara zionis “Israel”.
PIP mengatakan bahwa para delegasi negara-negara anggota UE meminta agar dokumen draft rahasia itu tetap terjaga kerahasiaanya. Namun langkah ini yang seharusnya tetap dirahasiakan telah disampaikan kepada “Israel”. Sementara diplomat “Israel” di sejumlah negara Eropa mengendus dokumen ini dan menyampaikan kepada kementerian luar negeri “Israel” mengenai ini. Meski demikian, “Israel” tidak berhasil mendapatkan bocoran fisik dukumen ini, sebagaimana dilansir PIP pada Ahad (16/11).
Tiga diplomat Eropa dan dua pejabat “Israel” mengisyaratkan, masalah inti yang disinggung oleh dokumen rahasia UE itu soal sanksi kepada “Israel” agar mau menerapkan “solusi dua negara”. Selain itu, berdasarkan info di lapangan, draft itu juga berisi usulan sanksi kepada “Israel” seperti memberikan simbol kepada semua produk “Israel” di pasar Eropa (agar memudahkan boikot -pen), mengurangi kerjasama dengan “Israel” dalam berbagai bidang, serta reaksi terkait pasar bebas dengan “Israel”.
Salah seorang diplomat Eropa mengatakan, ada stagnasi dalam proses perundingan namun di lapangan tidak ada stagnasi karena ulah “Israel”. Eropa sudah pesimis dalam bekerjasama dengan “Israel” dalam berbagai bidang dan tidak akan memberikan restu apapun terhadap pembangunan pemukiman di Tepi Barat.
Koran “Israel” tersebut di atas menyinggung bahwa politik UE hari ini ingin memperbaiki hubungan dengan “Israel” dengan syarat langkah “Israel” harus mendorong kepada proses perundingan dan penyelesaikan dua negara. Sementara hal tersebut dapat dipastikan ditolah oleh kaum Muslimin dan dunia internasional yang tidak mengakui kedaulatan “Israel”.
Selama ini langkah “‘Israel” di Tepi Barat dianggap sebagai garis merah karena membangun pemukiman Yahudi di wilayah E1 dan di tempat pemukiman Gavat Hamtos serta Bet Savava di Al-Quds selatan dan membangun pemukiman di Harhoma di bukit Abu Ghunaim.
Bagi UE ulah “Israel”, draft “solusi dua negara” ini akan mengancam peluang berdirinya negara Palestina dengan geografis menyatu sehingga tidak mungkin negara Palestina berdiri dengan ibukota Al-Quds. Draft itu akan terus dibahas oleh UE namun hingga kini keadaannya masih seperti makanan yang belum matang. (adibahasan/arrahmah.com)