GAZA (Arrahmah.com) – Dokter Norwegia untuk Gaza, Mads Gilbert, telah terpukul dengan larangan memasuki Gaza seumur hidup oleh pemerintah “Israel” pada Kamis (13/11/2014), The Local melaporkan, sebagaimana dilansir oleh WorldBulletin.
Pemerintah “Israel” mengatakan bahwa pelarangan dokter Gilbert untuk memasuki Gaza karena “alasan keamanan”.
Dokter Norwegia yang telah berusia 67 tahun itu telah melakukan perjalanan ke Gaza untuk mengobati rakyat Palestina.
Musim panas ini, kepala dokter yang tinggal dan bekerja di North Norway, kembali bekerja di rumah sakit Shifa, Gaza, di mana ia merawat pasien cedera yang berjumlah lebih dari 11.000 orang selama 50 hari.
Dokter Gilbert berusaha untuk kembali ke wilayah tersebut pada bulan Oktober untuk membantu di rumah sakit Syifa, akan tetapi dicegat oleh para pejabat “Israel” dan dilarang memasuki Gaza.
Gilbert mengatakan: “Ketika kami kembali ke stasiun perbatasan Erez, tentara “Israel” mengatakan kepada saya bahwa saya tidak bisa masuk ke Gaza.”
Sekarang pemerintah “Israel” menyatakan bahwa pelarangan Gilbert itu dengan alasan keamanan, berdasarkan sebuah email dari kedutaan Norwegia di Tel Aviv. Kedutaan mengambil kasus ini atas nama Gilbert setelah ia ditolak masuk bulan lalu.
Gilbert sendiri percaya bahwa keputusan pelarangan tersebut terkait dengan komentar kritis Gilbert terhadap kebrutalan “Israel” di Gaza.
Gilber, yang merupakan aktivis perdamaian yang vokal, telah menulis surat kepada media global pada bulan Juli tahun ini, yang menggambarkan kondisi ekstrim di rumah sakit Gaza tempat dia bekerja.
Mads Gilbert, menyebut Presiden AS Barack Obama dalam surat itu, dan bertanya “Apakah Anda punya hati?” :
“Obama – apakah Anda punya hati?
Saya mengundang Anda untuk menghabiskan satu malam, hanya satu malam, bersama kami di Shifa. Menyamar sebagai petugas kebersihan, mungkin.
Saya yakin, 100%, itu akan mengubah sejarah.
Tak seorang pun dengan hati dan kekuatan yang bisa satu melewai malam di Shifa tanpa bertekad untuk mengakhiri pembantaian terhadap rakyat Palestina.
Tapi manusia yang tak berperasaan dan kejam telah melakukan perhitungan mereka dan merencanakan serangan lain di Gaza.
Sungai-sungai darah akan terus mengalir di malam-malam mendatang. Saya bisa mendengar mereka telah menyalakan instrumen kematian.”
(ameera/arrahmah.com)