JAKARTA (Arrahmah.com) – Tirani, kesewenang-wenangan dalam hal kekuasaan sesungguhnya ada di mana-mana. Hanya saja tirani pers atau media massa dapat memutar balikkan fakta yang sesungguhnya.
Dalam acara diskusi aktual bertajuk “Strategi menghadapi tirani media massa” di Markas Besar DPP PBB, Pasar Minggu Jakarta Selatan, Senin siang, terungkap isu muncul akibat terjadinya perubahan terhadap sesuatu yang normal dan tidak sejalan dengan norma-norma yang berlaku di publik.
“Suka atau tidak suka seekor naga bisa menjadi seekor cacing oleh media. Sebaliknya, seekor cacing bisa menjadi seekor naga oleh media,” kata Asro Kamal Rokan, seorang wartawan senior, Senin (10/11/2014).
Menurutnya isu negatif dan merugikan, bila dibiarkan tanpa dikelola dengan baik akan melahirkan krisis.
Mantan Direktur Utama Antara ini mengungkapkan beberapa contoh terkait tokoh-tokoh yang populer di media massa dengan sejumlah pertanyaan. Jokowi misalnya, kata Asro, apa parameter Jokowi hebat? Ahok yang populer oleh media, apa kiprahnya? Sedangkan tentang seorang menteri bernama Susi ” Kok bisa perempuan bertato jadi idola bangsa ini,” tanyanya.
Semua ini tidak terlepas karena peran serta media yang begtu dalam di masyarakat. Selanjutnya Asro mengutip survei Edelman Trust Barometer 2013 yang menyebutkan tingkat kepercayaan masyarakat pada media di Indonesia sangat tinggi yakni mencapai 77%. Bandingkan dengan institusi bisnis yang dipercaya 74%, pemerintah hanya 47% dan LSM 51%.
Lebih jauh diungkapkan Asro, survei yang sama dilakukan di 26 negara. Hasilnya kepercayaan terhadap media di Indonesia lebih tinggi di banding negara lain, yang rata-rata hanya 57%.
“Publik percaya kepada media, antara lain karena lebih objektif, netral dan tidak bias. Kualitas konten juga menentukan,” ucapnya.
Asro menambahkan, dari survei itu spektakulernya media online dipercaya oleh masyarakat paling tinggi yakni 76%, media tradisional (koran, majalah, radio dan televisi) dipercaya 75%; media sosial 68%; dan media yang dimiliki oleh perusahaan 67%.
“Tingginya kepercayaan terhadap media sosial melebihi seluruh negara di dunia, sebesar 68%. Kepercayaan pada media sosial itu, antara lain karena kultur orang Indonesia yang lebih suka berdialog dengan kerabat dan kawan sejawatnya,” pungkasnya.
Pembicara lainnya pada acara ini yakni Hazairin Sitepu, dan turut dihadiri oleh Ketua Umum DPP PBB M.S. Kaban. (azm/arrahmah.com)