JAKARTA (Arrahmah.com) – Lagi-lagi status Facebook Emilia Renita, isteri dedengkot syiah Jalaludin Rakhmat bikin membuktikan kejahiliyahannya. Secara terang-terangan, dia menafikan Hadits Fadhilah Asyura demi melegalkan perayaan ritual sesatnya, sebagaimana viral pada Senin (3/11/2014).
Mengutip laporan Syiah Bukan Islam (SBI) pada Senin (3/11), menjelang perayaan sesat Asyura oleh kaum syiah, dedengkot Syiah Indonesia Emilia Renita membuat statement, bahwa puasa tanggal 10 Muharram tidak ada landasannya. Dia juga mencela orang [Islam] yang melaksanakannya sama seperti melakukan shalat Jum’at di hari Rabu.
Pernyataan tersebut dia tulis dalam status Facebook pribadinya @emiliar.az pada 25 Oktober 2014 lalu dengan uraian sebagai berikut.
“Dalam Bukhari diriwayatkan Nabi saw melihat org Yahudi puasa Asyura ketika Nabi saw masuk ke Madinah. Padahal sejarah mengatakan ia masuk ke sana bulan Rabiul Awwal. Jadi ga mungkin Nabi saw puasa Asyura di bln Rabiul Awal!
Sama aja spt ada orang salat jumat, di hari Rabu !!
Banyak sekali hadis-hadis palsu yang sengaja diciptakan utk menghilangkan peristiwa yang sebenarnya terjadi di bulan Muharram, spt hadis-hadis kemenangan para Nabi as diatas musuh-musuh mrk, sampai hadis ttg hari Raya anak yatim agar Muharram dijadikan hari bahagia.”
Apa yang Emilia sampaikan itu sama persis dengan syubhat yang dilontarkan oleh para pelaku bid’ah yang menafikan adanya puasa sunnah pad bulan Muharram.
Memang benar,diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma, Rasulullah bersabda:
أن النبي صلى الله عليه وسلم لِمّا قَدِم المدينة وجدهم يصومون يوما – يعني عاشوراء – فقالوا : هذا يوم عظيم ، وهو يوم نَجّى الله فيه موسى وأغرق آل فرعون ، فصام موسى شكرا لله ، فقال : أنا أولى بموسى منهم ، فَصَامه وأمَرَ بِصيامه .وسيأتي مزيد إيضاح حول قوله : ” فَصَامه وأمَرَ بِصيامه ” .
Artinya: “Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari‚ Asyura, maka Beliau bertanya : “Hari apa ini?. Mereka menjawab :”ini adalah hari istimewa, karena pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, Karena itu Nabi Musa berpuasa pada hari ini. Rasulullah pun bersabda: “Aku lebih berhak atas Musa daripada kalian”Maka beliau berpuasa dan memerintahkan shahabatnya untuk berpuasa. ” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Namun demikian, menurut SBI, apakah hal tersebut menandakan adanya cacat dalam hadits di atas sebagaimana Emilia nyatakan? Ataukah ini hanya alasan agar Emilia dan antek-anteknya bisa melaksanakan ruitual Husainiyah, ritual sesat syiah?
Berdasarkan analisa SBI, maka syubhat yang dilontarkan oleh ahlul bid’ah Emilia Renita adalah:
1. Bahwa dalil yang menunjukan adanya anjuran untuk berpuasa pada bulan Muharram itu tidak hanya hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a saja, namun ada hadits penguat yang lainnya. Diantaranya:
a. لئن بقيت إلى قابل لأصومن التاسع
Artinya:
Apabila (usia) ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada (hari) kesembilan” (H.R. Muslim)
b. Diriwayatkan dari ‘Aisyah,
أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يَصوم عاشوراء ، فلمّا هاجَر إلى المدينة صامه وأمَر بِصيامه “sesungguhnya Rasulullah mengutus seseorang ke-kaumya pada hari asyura dan memerintahkan mereka agar berpuasa pada hari tersebut” (Mutafaq ‘Alayh)
Jika demikian, maukah kita menantang Rasulullah shalallahu’alayhi wasallam yang dengan jelas memerintahkan puasa pada bulan Asyura? Sedangkan Allah swt berfirman yang artinya:
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali” [An-Nisaa : 115]
2. Adapun mengenai tafsiran Emilia, maka ini adalah tafsiran ahlul bid’ah. Hal ini sama saja mencela hadits Nabi saw dan menganggapnya cacat. Lalu bagaimana bersikap dengan hadits riwayat ibnu abbas diatas? Logikanya, apa iya Rasulullah menyampaikan sabda beliau hanya ketika Rasulullah datang ke Madinah pertama kali yaitu pada bulan Rabi’ul awal? Sedangkan sejarah mencatat Rasulullah berada di Madinah selama kurang lebih 10 tahun. Maka, bisa jadi hadits tersebut disabdakan oleh beiau pada tahun ke 2, atau bahkan pada tahun ke 3. Jika demikian, nash hadits justru menunjukan bahwa Rasulullah tidak menyampaikan hadits tersebut pada tahun pertama.
Perlu kita ketahui bahwa terdapat dua tipe manusia dalam menyikapi dalil. Pertama, manusia yang mencari dalil kemudian mengamalkannya. Kedua, manusia yang mencari amal baru kemudian mencari dalilnya. Macam manusia kedua inilah yang sering terperosok dalam lubang bid’ah. Dan tampaknya, Emilia sudah jatuh kedalam lubang bid’ah tersebut. Diaa telah menolak hadits dan mencela orang yang mengamalkan hadits Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam. Na’udzubillah.
Emilia mengakui sendiri secara tersurat bahwa, bulan Muharram bukan bulan yang penuh fadhilah sebagaimana Rasulullah sampaikan, namun bulan tersebut adalah bulan kesedihannya lantaran pada bulan ini cucu Nabi shalallahu’alayhi wasallam menjemput syahid.
“Buat kami, org syiah, Muharram adalah bulan duka kami, krn Muharram adl bulan duka keluarga Nabi saw. Imam Hussein as, Cucu Nabi saw yang tercinta dibantai, disembelih & diarak berramai-ramai di Karbala, oleh kelompok orang Islam yang tentu, mengaku umat Nabi saw.” tulisnya dalam status Facebook sebelumnya (15/10).
Sungguh dzonal jahiliyah (prasangka bodoh) telah melekat pada akal Emilia dan para pengikut syiah lainnya. Pemikiran yang sesat dan menyesatkan itu meracuni masyarakat, sehingga wajib kita mengantisipasinya. Mari kita tolek perayaan asyura syiah dengan menyebarkan informasi hakikat kesesatan syiah. Jangan sampai orang-orang tercinta di sekitar kita termakan paham sesat syiah yang kian merajalela. Na’udzubillahi min dzallik. (adibahasan/arrahmah.com)