KASHMIR (Arrahmah.com) – Menteri Pertahanan India telah meminta Pakistan untuk menghentikan penembakan di wilayah Kashmir yang diperebutkan saat korban tewas dalam baku tembak antara keduanya telah mencapai 17 orang.
“Jika Pakistan terus melanjutkan petualangan ini, pasukan kami akan membuat biaya petualangan menjadi tidak terjangkau,” ancam Arun Jaitley di hadapan para wartawan di New Delhi pada Kamis (9/10/2014) seperti dilansir Al Jazeera.
Setidaknya dua orang termasuk seorang wanita tewas di kota perbatasan Sialkot dalam penembakan semalam (8/10) oleh pasukan India, menurut surat kabar Pakistan, Dawn.
Pakistan mengatakan bahwa pihaknya mampu menjawab tindakan India.
“Kami tidak ingin situasi di perbatasan dua tetangga nuklir meningkat menjadi konfrontasi,” ujar kementerian pertahanan Pakistan dalam sebuah pernyataan.
“India harus menunjukkan sikap hati-hati dan berperilaku dengan penuh tanggung jawab.”
Kedua pihak terus menyalahkan dalam beberapa bulan terakhir yang memperburuk kekerasan di wilayah Kashmir yang diklaim oleh kedua negara tersebut.
Sejak Senin, pasukan pendudukan India dan Pakistan telah berulangkali menembakkan peluru dan mortir melintasi perbatasan antara wilayah yang mereka persengketakan, memaksa puluhan ribu penduduk desa meninggalkan rumah mereka.
“Seluruh desa dan cluster di perbatasan terpengaruh, dan ribuan orang meninggalkan rumah mereka ke tempat yang aman,” ujar polisi Pakistan Shams Uddin.
Di rumah sakit militer pada Rabu (8/10), Irum Shehzadi mengatakan kepada Al Jazeera dua anaknya dan ibu mertuanya tewas. Anak ketiganya, Akeel yang berusia enam tahun terluka oleh pecahan peluru.
“Pagi itu kami bangun untuk sholat dan mortir menghantam rumah kami,” ujarnya.
“Ketika saya memeriksa anak-anak saya, saya menemukan dua anak saya telah berlumuran darah dan ketika saya berlari ke ibu mertua saya, saya telah menemukan dia telah meninggal juga.”
Di wilayah Kashmir yang diduduki India, puluhan ribu penduduk juga melarikan diri dari rumah mereka.
Kedua negara telah berperang untuk memperebutkan wilayah selama dua kali di tahun 1947 dan 1965. (haninmazaya/arrahmah.com)