GAZA (Arrahmah.com) – Mengutip laporan MEMO pada Selasa (16/9/2014), seorang pejabat senior PBB telah mengkonfirmasi bahwa militer “Israel” telah menggunakan sebuah sekolah di Jalur Gaza sebagai sebuah pangkalan militer selama invasi bulan Juli. Komentar minggu lalu oleh Wakil Khusus Sekretaris Jenderal untuk Anak-anak dan Konflik Bersenjata, Leila Zerrougui tersebut menguatkan laporan yang dimuat pada The Times pada 5 Agustus (‘Invaders turn abandoned school into command base’).
Saat menyampaikan diskursus Dewan Keamanan tentang fenomena anak dan konflik kekerasan bersenjata, Zerrougui mengatakan bahwa terdapat 244 sekolah, termasuk 75 sekolah UNRWA, “yang diubah oleh angkatan bersenjata Israel.” Ia juga menambahkan bahwa “satu sekolah yang telah ditinggalkan digunakan sebagai pangkalan militer oleh IDF.” Meskipun ia tidak menyebutkan nama sekolah, telah dikonfirmasi bahwa itu ditujukan pada SMK Pertanian khusus laki-laki) Hani Naim di Beit Hanoun.
Laporan The Times yang muncul awal Agustus menjelaskan secara rinci liputan setelah tentara meninggalkan sekolah. Warga “menemukan bahwa dalam empat minggu terakhir sekolah telah berubah menjadi pusat komando bagi tentara ‘Israel'”.
Puluhan peluru granat dan selongsong peluru berserakan di tengah debu batu bata dan sampah di bawah meja yang menghadap ke jendela. Amunisi kosong yang mengotori lantai kelas ‘menceritakan’ keganasan pertempuran yang dilancarkan dari sana. Shell yang ditemukan tersebar di ruang kelas adalah untuk peluncur yang bisa menembakkan granat sebanyak 300 buah per menit. Sejumlah casing dari senjata mesin otomatis yang dapat menembus dinding rumah juga ditemukan. Sisa-sisa shell artileri jenis Howitzer 155mm juga tersisa di taman bermain.”
“Penghancuran dari persenjataan berat ini telah merobek [Beit Hanoun]”, sementara “tumpukan roti ‘Israel’ yang membusuk, makanan kaleng, lotion anti-matahari dan tumpukan sikat gigi menunjukkan bahwa prajurit infanteri Brigade Nahal telah menghabiskan beberapa waktu di sana”. Tentara Israel bahkan telah “meulis nama batalyon mereka, 931 Nahal, di dinding dengan kapur berwarna pastel.”
Penggunaan sekolah Palestina sebagai basis oleh militer zionis dikomentari oleh Human Rights Watch, bahwa “angkatan bersenjata nasional dan kelompok-kelompok bersenjata sebaiknya menghentikan penggunaan sekolah untuk keperluan militer”. Selain itu LSM tersebut juga membuat pernyataan dalam konteks laporan yang lebih luas tentang serangan “Israel” terhadap sekolah Gaza, dengan fokus pada tiga insiden yang menewaskan 45 orang, termasuk 17 anak-anak. (adibahasan/arrahmah.com)