Belasungkawa dan tahniah Muslimin Indonesia terhantar bagi Akhuna fiillah Mohd. Fadlan Shahidi atau biasa disapa Abu Muhajir. Beliau adalah pejuang Malaysia yang berjihad di Suriah yang menjadi pahlawan syahid kedua, setelah kesyahidan Abu Turob, Allohu yarhamhu.
***
Ibunda Akhuna Mohd. Fadlan Shahidi Mohammad Khir berkisah, bahwa putranya alhamdulillah syahid dalam pelukan jet tentara tirani kuffar Assad di Suriah pada 9 Sepetember 2014. Ia yakin anaknya itu benar-benar serius dan ikhlas dalam perjuangannya.
Sebagai ibu seorang Mujahid asal Kampung Bukit Kabu Mahang, Fatimah Md Lazim (55) ridha atas apa yang Allah takdirkan terhadap putranya itu.
Semenjak Mujahid muda itu bertolak ke Suriah pada 14 Mei lalu, pesan-pesan singkat dan telepon menghubungkan kasih ibu dan anak berbakti itu. Maasyaa Allah.
Bunda Fatimah berkata bahwa ia tidak dapat menahan kehendak putranya yang hendak membela Islam di Bumi Syam. Saat berangkat menunai jihad, usia pemuda yang ia lahirkan itu baru saja menginjak 21 tahun.
“Ia mengerti ilmu agama setelah belajar di Sekolah Menengah Kebangsaan Agama Bukit Jelutong dan selepas itu menyambung pencarian ilmunya di sebuah pondok di Kampung Ulu Bakai di sini,” kenangnya akan Asy-Syahid.
Mohammad Fadlan Shahidi adalah anak kelima dari delapan bersaudara, empat laki-laki dan empat perempuan. Di Suriah pemuda penuh bakti ini berjuang di bawah naungan panji Jihad Ajnad Asy-Syam.
Menurut pesan singkat dari Mujahidin Ajnad Asy-Syam di Suriah, Abu Muhajir dilaporkan telah syahid dalam serangan jet tempur musuh kuffar pada Selasa pagi. Turut cedera dalam pertempuran itu adalah lima pejuang Malaysia lain yaitu Ustadz Mohd. Lothfi Ariffin yang dikatakan parah dan mengalami koma. Yang kemudian dijemput bidadari jelita surgawi beberapa waktu kemudian.
Empat Mujahid lain yang dikenali sebagai Abu Afghan mendapatkan hadiah dari Allah subhanahu wata’ala dengan luka tembak yang manis di kedua kakinya. Sementara, tiga pejuang yang lain belum dikenal pasti. Menurut akhbar dari sesama Mujahidin, mereka diserang rezim Assad di wilayah Hama, Suriah.
Sepanjang kenangan, Asy-Syahid adalah seorang yang tidak pernah menguzurkan diri setiap kali ada ribath dan iktiham.
“Ana selalu berkata kepadanya, ‘semoga anta suatu hari nanti akan memimpin pasukan jihad ke Palestina’. Akan tetapi Allah mengkehendaki yang terbaik untuknya. Semoga kita akan menyambung persahabatan kita di Jannah, insyaa Allah,” kenang Abu Thalhah II. Subhanallah wa bihamdihi. (adibahasan/dbs/arrahmah.com)