ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Pemimpin protes Imran Khan dan Ulama Tahir Al-Qadri didakwa berdasarkan undang-undang anti-teror seiring krisis politik di Pakistan yang kian memanas pada Senin (1/9/2014), sebagaimana dilansir Saudi Gazette.
Sedemikian gentingnya, Ketua Mahkamah Agung bahkan membatalkan liburan dari semua hakim.
Saluran berita melaporkan bahwa semua hakim dari Mahkamah Agung telah dipanggil bersamaan dengan masa persiapan Perdana Menteri Nawaz Sharif untuk mengatasi sidang gabungan parlemen pada Selasa (2/9).
Dawn News melaporkan bahwa Khan dan Qadri telah didakwa atas tuduhan terorisme. Sementara, para pengunjuk rasa yang dipimpin mereka berdua menolak untuk mengindahkan perintah untuk tenang dan melanggar Zona Merah unjuk rasa.
Para pengunjuk rasa menyerbu gedung televisi negara Pakistan, memaksa saluran untuk tidak mengudara sementara saat mereka bentrok dengan polisi dan terus meringsek lebih dekat ke kediaman perdana menteri.
Selama akhir pekan, bentrokan antara demonstran dan pasukan keamanan menewaskan tiga orang dan melukai ratusan warga sipil. Ini lebih mirip dengan pertempuran jalanan di ibukota, Islamabad.
Pada hari Senin, demonstran dan polisi bentrok di berbagai wilayah kota dalam Zona Merah, sebuah kompleks luas gedung-gedung pemerintah dan hamparan berumput terluas di pusat Islamabad. Para pengunjuk rasa, dipersenjatai dengan club (sejenis bom cengkeh) dan banyak memakai masker gas, mereka juga melemparkan batu ke arah polisi. Lima petugas polisi, termasuk seorang kepala polisi senior Islamabad, dan tiga pengunjuk rasa dibawa ke rumah sakit, akibat perdarahan.
Para pengunjuk rasa berhasil mencapai gerbang yang mengelilingi kediaman perdana menteri, di mana mereka bertemu dengan pasukan paramiliter dan tentara khusus. Mereka juga menyerbu ke dalam gedung penyiaran negara Pakistan, yang terletak di daerah lain dari Zona Merah, dan memaksa televisi berhenti mengudara sebentar. Di dalam bangunan televisi pemerintah, para demonstran bergerak melalui koridor dengan tongkat dan club, menghancurkan peralatan yang ada.
Demonstrasi terhadap Sharif merupakan ancaman terbesar bagi pemerintah setelah lebih dari satu tahun menjalankan kekuasaannya. Beberapa putaran perundingan antara perwakilan Khan dan Qadri dan pemerintah telah gagal untuk membuat kemajuan apapun.
Kedua pemimpin oposisi menuduh kecurangan luas pada pemilu Mei 2013 di Pakistan, di mana partai Sharif menang mutlak. Para pengamat internasional tidak menemukan bukti yang menunjukkan merajalelanya gangguan pemilu.
Rumor berputar-putar di sekitar ibukota Senin setelah beberapa stasiun televisi melaporkan bahwa militer memaksa Sharif meninggalkan kantor. Hal ini dikatakan pihak militer sebagai sesuatu yang disebut “benar-benar tidak berdasar.”
Saat protes di Islamabad yang mengarah pada kekerasan, Sharif bertemu dengan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Raheel Sharif. Sumber mengatakan kepada Dawn News bahwa panglima militermendukung keyakinan perdana menteri hasil diskusi yang diadakan selama pertemuan komandan korps pada Ahad (31/8) terkait krisis politik yang berlaku.
(adibahasan/arrahmah.com)