PARIS (Arrahmah.com) – Menyusul besarnya ancaman ISIS yang gencar digembar-gemborkan media, Perancis dan Arab Saudi bergegas lakukan “finalisasi” sebuah nota kesepahaman (MoU) pembiyayaan sebesar $ 3.000.000.000 untuk menyediakan persenjataan bagi tentara Libanon. Presiden Perancis mengumumkan penandatanganan MoU tersebut pada Selasa (2/9/2014) menyusul pembicaraan antara Presiden Prancis Francois Hollande dan Putra Mahkota Saudi, Salman Bin Abdulaziz, sebagaimana dilansir MEMO.
Hollande mengatakan, dalam jamuan makan malam resmi yang diselenggarakan untuk menghormati Putra Mahkota Saudi, bahwa Libanon merupakan “negara besar tetapi rentan” yang “membutuhkan keamanan”.
Dia menambahkan bahwa, “kami datang bersama-sama, Arab Saudi dan Perancis, untuk membantu Libanon dengan pertimbangan [sebagai bantuan] untuk membantu dirinya sendiri, juga untuk keamanan [kami] sendiri.”Langkah ini merupakan “simbiosis mutualisme” dalam mengamankan diri kedua negara dari ancaman terbesar mereka saat ini yakni ISIS.
Pangeran Salman tiba di Paris kemarin dalam kunjungan tiga hari untuk bertemu dengan Hollande yang menjadi tuan rumah makan malam untuk menghormatinya. Sebagian besar peserta adalah perwakilan dari perusahaan senjata.
Tentara Libanon, yang mengkaim telah menderita kekurangan senjata dalam kualitas dan kuantitas, menuntut bantuan masyarakat internasional karena mengaku telah terkena dampak dari perang yang sedang berlangsung di negara tetangga Suriah, di mana pejuang ISIS mengontrol area yang luas.
Dengan demikian, benarlah kabar yang selama ini dianggap isu bahwa Arab Saudi telah mendukung persenjataan tentara Libanon baru-baru ini bekerjasama dengan Hizbu Syaithon dalam konfrontasi penuh kekejian di Arsal, lokasi pengungsi Suriah di perbatasan Libanon-Suriah. Sementara korban utama mereka adalah warga sipil keluarga pada Mujahidin yang tengah mengungsi, bukan hanya elemen ISIS di kota Arsal. Sungguh berat pertanggungjawaban Arab Saudi di atas insiden Arsal tersebut.
Bereaksi terhadap MoU ini, sejumlah pengguna media sosial kian heran. Banyak pertanyaan meliputi kabar tersebut, diantaranya, “inikah bentuk cinta Arab Saudi kepada sesama Muslim yang tertindas? Mengapa Arab Saudi lebih memilih besekutu dengan Perancis yang jelas-jelas kekuffarannya?” Wallahu’alam bishawab. (adibahasan/arrahmah.com)