SINAI (Arrahmah.com) – Mujahidin Jama’ah Ansharu Baitil Maqdis, sebuah kelompok jihad Mesir yang berbasis di Semenanjung Sinai, pada hari Rabu (28/8/2014) merilis video berjudul “Mereka adalah musuh yang sesungguhnya, maka waspadailah mereka.” Video berdurasi 29 menit 13 detik tersebut mendokumentasikan eksekusi mati terhadap empat penduduk Mesir yang terbukti bekerja sebagai mata-mata zionis “Israel”.
Pada hari Rabu malam, 25 Ramadhan 1435 H bertepatan dengan 23 Juli 2014 M, pesawat drone “Israel” membombardir tiga orang mujahid anggota Jama’ah Anshar Baitil Maqdis. Ketiganya gugur dalam serangan rudal drone “Israel” tersebut.
Seperti di bumi-bumi jihad lainnya, pesawat drone penjajah tak mampu menargetkan mujahidin kecuali dengan bantuan para mata-mata dari kalangan penduduk lokal. Mujahidin Jama’ah Anshar Baitil Maqdis pun bekerja keras mengusut dan memburu para mata-mata dari kalangan penduduk asli Mesir yang bekerja untuk kepentingan penjajah “Israel” tersebut.
Empat orang mata-mata penjajah “Israel” akhirnya berhasil ditangkap oleh mujahidin Jama’ah Anshar Baitil Maqdis. Mereka adalah:
- Ibrahim Salman Suwailim Al-Atrasy (43 tahun) dari suku Sawarikah, telah bekerja untuk Mossad sejak lima tahun terakhir.
- Khalid Muhammad Juhaini Barrak (27 tahun) dari marga Juhaniyah, suku Sawarikah.
- Sayid Sulaiman Salamah Husain (26 tahun tahun) dari marga Abu Ushaibi’, suku Rumaylat.
- Ismail Sulaiman Salamah Husain Al-Ushaiba’at (23 tahun), dari suku Rumaylat.
Proses perekrutan mata-mata “Israel” di Sinai
Ibrahim Salman Suwailim Al-Atrasy mengaku ditemui dan dibujuk oleh seorang perwira dinas intelijen “Israel” Mossad untuk menjadi mata-mata mereka di Semenanjung Sinai. Perwira itu menjanjikan upah jaminan pemenuhan atas semua kebutuhan hidup Al-Atrasy. Al-Atrasy mendatangi kamp militer “Israel” dan mendapatkan imbalan 1000 dolar atas informasi-informasi tentang mujahidin Sinai yang ia setorkan kepada “Israel”.
Khalid Muhammad Juhaini Barrak mengaku saat itu berada dalam penjara “Israel”. Seorang perwira dinas intelijen “Israel” berhasil membujuknya untuk menjadi mata-mata mereka di Semenanjung Sinai, dengan tawaran gaji dan fasilitas hidup yang menggiurkan. Barrak mengaku lima kali menemui perwira intelijen “Israel” di wilayah perbatasan Mesir – “Israel”.
Sayid Sulaiman Salamah Husain saat itu menjalani hampir 2,5 tahun masa hukuman dalam penjara “Israel” di Beer Sheba, karena kasus penyelundupan narkoba dari Mesir ke “Israel”. Sebelum masa hukuman habis, seorang perwira dinas intelijen “Israel” membujuknya untuk menjadi mata-mata di Sinai, dengan imbalan kebebasan dirinya dari penjara sebelum masa hukuman habis dan gaji menggiurkan untuk dirinya dan keluarga. Sayid mengaku menemui perwira intelijen “Israel” di penjara Israel selama dua hari. Ia mendapatkan handphone, sepucuk pistol dan uang 5000 dolar.
Ismail Sulaiman Salamah Husain mengaku dikenalkan dan dipekerjakan pada dinas intelijen “Israel” melalui perantaraan saudaranya, Sayid Sulaiman Salamah Husain. Bersama saudaranya Sayid, ia menemui perwira intelijen di penjara “Israel”. Ia mendapatkan handphone, sepucuk pistol, dan uang 2500 dolar.
Kejahatan mata-mata “Israel” di Sinai
Ibrahim Salman Suwailim Al-Atrasy mengakui telah memata-matai empat orang mujahid saat mereka berada di sebuah gurun pasir di Sinai. Ia memberikan laporan langsung kepada perwira intelijen “Israel” lewat handphone. Sebuah drone “Israel” kemudian melakukan serangan rudal yang membunuh keempat mujahid tersebut, yaitu; Muhammad Husain Awad, Ibrahim Khalaf, At-Taihi dan Yasri Muharib.
Pasca pengeboman tersebut, Al-Atrasy meninjau langsung keempat mujahid yang gugur oleh serangan drone “Israel”. Al-Atrasy mengaku telah menerima 13 chip penanda sinyal bagi pesawat drone dari perwira intelijen “Israel”. Ia meletakkan chip-chip tersebut di kawasan Mazhalaf, Abu Zamath dan Mahdiyah, tempat keberadaan mujahidin Sinai. Al-Atrasy juga melaporkan kepada “Israel” nama-nama mujahid yang gugur oleh serangan udara Mesir di Sinai.
Khalid Muhammad Juhaini Barrak mengaku telah menerima 3 chip pemandu sinyal drone “Israel”. Sebuah chip ia letakkan di depan rumah mujahid bernama Arafat Abu Mazid, sebuah lainnya ia letakkan di depan rumah mujahid bernama Abu Bilal Muhammad Abu Ali, dan chip terakhir ia letakkan di depan mobil taksi yang dikendarai oleh mujahid bernama Khalid Al-Munai’i.
Dengan sepeda motornya Barrak menguntit mobil taksi Khalid Al-Munai’I yang berisi tiga orang mujahid sampai tiba di perempatan jalan kawasan Mahdiyah. Saat ketiga mujahid itu turun dari dalam taksi untuk sebuah keperluan, Barrak meletakkan chip ke dalam taksi di tempat yang tidak terlihat oleh orang lain. Drone “Israel” kemudian mengebom mobil taksi tersebut sehingga ketiga mujahid tersebut gugur.
Tidak bertaubat sebelum tertangkap oleh mujahidin
Keempat mata-mata “Israel” tersebut mengaku selama ini telah mendengar berita-berita tentang mujahidin yang mengeksekusi mati para mata-mata yang bekerja untuk “Israel”. Bahkan mereka juga mendengar surat seruan mujahidin kepada para mata-mata untuk bertaubat. Namun keempat mata-mata tersebut tidak mau bertaubat. Mereka masih saja bekerja untuk kepentingan “Israel”, sampai akhirnya mereka tertangkap oleh mujahidin.
Sebelum dieksekusi mati, keempat mata-mata itu menyampaikan pesan nasehat kepada rekan-rekan seprofesi mereka untuk bertaubat dan berhenti dari melakukan pengkhianatan terhadap umat Islam. Keempatnya mengingatkan bahwa bekerjasama dengan penjajah “Israel” untuk mencelakai kaum muslimin dan mujahidin hanya akan mendatangkan kerugian bagi diri mereka sendiri di dunia dan akhirat.
(muhib al majdi/arrahmah.com)