JAKARTA (Arrahmah.com) – Ulama yang sangat peduli akan penyebarluasan paham sesat Syiah di Indonesia, Ustadz Farid Achmad Okbah Lc. MA. menuding kedutaan besar Iran menjadi poros penyebaran Syiah di Indonesia. “Ujungnya (penyebaran Syiah-red) itu , puncaknya itu adalah di Kedutaan Iran,” tegasnya pada silaturrahim Aliansi Nasional anti Syiah dengan MUI Pusat di Jakarta, Selasa.
Apa yang direncanakan oleh pemerintah Syiah Iran dilanjutkan lewat kedutaan Iran di Jakarta. “Tiga puluh tahun yang lalu saya turut aktif di Kedutaan Iran dan saya mengetahui gerakan Kedutaan Iran ini, mempengaruhi tokoh-tokoh Ahlusunnah yang kemudian sikapnya ini plin plan atau plintat-plintut itu. Lewat merekalah masuknya kader-kader Syiah yang kemudian dikader ke Iran,” papar Ustadz Farid
Karena itu dia berpesan agar kaum Muslimin mempunyai kepedulian dengan memantau kedutaan besar Iran dan juga kepanjangan tangan mereka yakni Islamic Cultural Centre yang menjadi pusat pengembangan Syiah di Indonesia.
Bahkan, kata Ustadz Farid, Kedutaan Iran di Jakarta membiayai proyek pendidikan tinggi di Indonesia. Ustadz Farid menunjukkan salah satu contohnya adalah sebuah proyek di UGM yang jelas-jelas dibiayai oleh Kedutaan Iran.
“Ini lembaga resmi pemerintah yang independen, jelas-jelas dibiayai oleh Iran, apalagi yang lainnya.
Dia juga menyebut, kalau diperhatikan gerakan Syiah di Indonesia tidak beda dengan apa yang terjadi di Yaman, awalnya pengajian, majlis taklim, pendidikan sampai mereka angkat senjata.
Dalam upaya mengusir Syiah dari negeri ini, umat Islam Indonesia harus meniru apa yang dilakukan masyarakat Maroko yakni memprotes Kedutaan Iran yang membawa paham sesat Syiah di tengah kaum Muslimin dan mendesak pemerintah Maroko menutup kedutaan Iran, serta mengusir mereka dari negeri Maroko.
Sejalan dengan itu Alainsi nasional anti Syiah dalam rilisnya menyebut bahaya Syiah, bahwa dukungan politik, dana, dan lobby negara Republik Iran terhadap pengembangan Syiah di Indonesia tak dapat dipungkiri. Sikap ini disamping mencampuri urusan negara dan bangsa Indonesia juga dapat dikualifikasikan merusak tatanan masyarakat yang relatif stabil dan rukun. Jika intensitas fasilitasi dan dukungan semakin masif, maka perlu dikaji ulang manfaat hubungan diplomatik antara kedua negara ini. Pemutusn hubungan menjadi opsi yang perlu dipertimbangkan.
Memetik buah
Fase penyebaran Syiah di Indonesia, kata Ustadz Farid, sudah memasuki tahun keempat yakni memetik buah. Ini ditandai dengan masuknya mereka ke parlemen, pemerintahan , TNI dan Polri. “Kegiatan mereka sudah hampir menyebar di semua lini,” kata Direktur Al-Islam Bekasi ini.
Ustadz Farid agak pesimis kepada MUI, lantaran pada pemerintahan SBY selama 10 tahun yang sebentar lagi akan berakhir ini, MUI tidak berani mengeluarkan fatwa sesatnya Syiah. Terlebih lagi pada pemerintahan yang akan datang, “Justru di balik mereka ada Syiah,” tegasnya.
“Ini berarti tantangan umat Islam akan lebih besar, dan (tantangan-red) pemimpin MUI pun akan lebih besar,” tambahnya.
Namun demikian memang ada suara-suara bahwa ke depan MUI tidak lagi mendengar suara pemerintah. “Tentunya komitmen akan hal ini kita akan buktikan,” katanya.
Ustadz Farid mensinyalir pemerintahan yang akan datang akan berpihak pada Syiah, lantaran mereka berada di pihak tim pemenangan Presiden terpilih sekarang ini. (azm/arrahmah.com)