Terkejut oleh ketukan keras di pintu, istrinya buru-buru memakai cardigan sebelum melesat ke pintu depan untuk membiarkan mereka berada di dalam rumah dalam beberapa jam, pasukan “Israel” lalu menghilang begitu juga dengan suaminya. Ditutup matanya dan diborgol tangannya, dia dikembalikan ke penjara hanya dua tahun setelah ia dibebaskan.
Barghouti (57), adalah salah satu dari 1.027 tahanan Palestina yang dibebaskan pada tahun 2011 dalam pertukaran untuk Gilad Shalit, seorang tentara yang ditangkap oleh Hamas di Jalur Gaza selama lebih dari lima tahun. Barghouti adalah salah satu dari beberapa orang yang diizinkan “Israel” untuk tinggal di Tepi Barat, sementara yag lain entah dibuang ke Gaza atau dideportasi ke negara-negara asing termasuk Qatar dan Turki.
Tapi setelah penculikan pada bulan Juni dan pembunuhan tiga remaja pemukim ilegal “Israel”, pemerintah Zionis menangkap sekitar 1.000 warga Palestina dan menyerbu ratusan rumah. Di antara para tahanan adalah 58 mantan tahanan yang dibebaskan
dalam kesepakatan Shalit, termasuk tujuh dari Yerusalem Timur.
“Israel” menyalahkan Hamas atas pembunuhan itu dan anggota kelompok, banyak dari mereka merupakan anggota parlemen, dipenjara. Sebagian besar dari mereka yang ditahan hingga saat ini masih berada di balik jeruji besi.
Penangkapan itu dilakukan berdasarkan perintah militer 2009 yang memungkinkan jaksa “Israel” untuk kembali menahan para tahanan jika mereka melakukan “pelanggaran”. Dalam kasus ini, baik tahanan atau pengacara yang tidak mengetahui bukti yang dapat digunakan untuk memenjarakan mereka sekali lagi.
Tahun lalu, tim pengacara Palestina mengajukan petisi ke pengadilan tinggi “Israel” mengenai Pasar 18 perintah militer 1651, peraturan yang mempengaruhi orang-orang yang dibebaskan dalam kesepakatan Shalit. Addameer, sebuah kelompok
advokasi tahanan Palestina menyebut tindakan “Israel” tidak bisa dibenarkan dan merusak perlindungan tahanan dan bekas tahanan.
Sebelum mereka kembali ditangkap, para tahanan yang dibebaskan dalam kesepakatan Shalit tetap berada di bawah batasan ketat keamanan “Israel” yang membatasi gerakan mereka di kampung halaman mereka, termasuk melapor secara teratur dengan
polisi “Israel” atau kantor Koordinator Aktivitas Pemerintah di Wilayah (COGAT) terdekat. Semua harus menandatangani dokumen setuju untuk mematuhi kondisi pembebasan mereka.
Barghouti melakukan itu semua, istrinya Eman mengatakan ia melapor ke pemerintah “Israel” di Beit El, sebuah pos pemeriksaan di pinggiran Ramallah secara rutin dua bulan sekali.
Pada tahun 1978, ketika dia baru berusia 20 tahun, Barghouti dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas perannya dalam pembunuhan seorang tentara “Israel”. Ketika ia meninggalkan penjara, ia adalah tahanan yang paling veteran yang dirilis dalam pertukaran Shalit.
“Untuk dua tahun kebebasannya, Na’el mencoba untuk mengumpulkan kehidupan setelah 34 tahun berada di penjara,” ujar Eman. “Kami menikah, ia memilih berkebun dan terdaftar di program Master sejarah di sebuah universitas di dekat Yerusalem.”
“Itu sebabnya aku tidak mengerti kenapa mereka membawanya kembali ke penjara,” ungkapnya kepada Al Jazeera.
Awalnya, pejabat di Advokat Militer “Israel” mengatakan Barghouti dikaitkan dengan Hamas, dia sedang dipertimbangkan sebagai calon untuk jabatan menteri urusan tahanan di pemerintahan konsensus nasional yang baru.
“Kemudian mereka menuduhnya memiliki hubungan dengan Hamas dengan menghadiri pertemuan untuk blok Islam di universitasnya,” ujar Merav Khoury, pengacara Barghouti.
Sejauh ini, Barghouti belum didakwa, namun ia masih menghadapi kemungkinan bahwa ia harus menghabiskan sisa hukumannya terdahulu. Pengacaranya mengatakan, kemungkinan besar putusan keluar pada akhir Agustus.
Kantor juru bicara militer “Israel” menolak untuk memberikan komentar.
Para pejabat “Israel” mengklaim pembatasan ini terhadap para tahanan yang telah dibebaskan sangat penting untuk melindungi warga negara mereka.
“Sumber-sumber intelijen memperkirakan 60 persen dari mereka yang telah dibebaskan, telah dipenjara lagi untuk kasus ‘terorisme’,” The Times of “Israel” mengklaim pada bulan Juni.
Namun kelompok-kelompok advokasi Palestina mengatakan, penangkapan kembali mantan tahanan Palestina adalah tindakan balas dendam atas pembunuhan tiga remaja “Israel”. (haninmazaya/arrahmah.com)