GAZA (Arrahmah.com) – Di banyak media Barat yang melaporkan tentang pembantaian “Israel” saat ini terhadap Palestina, menjadi lagu umum bahwa Hamas juga telah menyerang “Israel” dengan roket-roketnya secara brutal. Dengan sistem pertahanan canggih yang dimiliki “Israel” karena kemurahan hati pembayar pajak AS, tak satu pun dari roket tersebut mencapai target yang signifikan, dan tidak ada pria, wanita, atau anak-anak “Israel” yang telah kehilangan nyawanya atau anggota tubuhnya karena roket-roket itu. Media-media Barat pro-Israel tanpa malu-malu berusaha untuk membuat pemberitaan yang “seimbang” terhadap Gaza dengan menyebutkan fakta bahwa Hamas juga telah menyerang negara Yahudi itu dengan roket-roketnya.
Dalam satu contoh yang sangat jahat, Diane Sawyer dari ABC menunjukkan gambar warga Palestina yang dibom oleh “Israel” tetapi dia mengatakan kepada penonton Amerikanya bahwa ini adalah gambar-gambar dari warga “Israel” yang diserang oleh roket Hamas.
Terlepas dari kebohongan yang dilontarkan oleh mesin media “Israel”, orang-orang mulai mempertanyakan mengapa Hamas menembakkan roket-roket itu yang tidak memberikan efek yang signifikan? dan mengapa mereka tidak menghentikannya? Mengapa harus repot-repot? Padahal roket-roket itu nyaris bukan tandingan tentara “Israel”. Setelah semua itu, Bukankah warga Palestina lebih baik tanpa Hamas yang berusaha untuk membela mereka di Gaza?
Di sini kita perlu mengajukan pertanyaan dalam konteks yang sedikit lebih besar. Apakah Hamas bukan organisasi Palestina yang sah, dengan mendapat dukungan dari akar rumput Palestina sehingga bisa memenangkan kembali pemilihan parlemen utama di Gaza pada tahun 2006? Hamas adalah bagian dari warga Palestina yang tanah dan airnya dicuri oleh “Israel”.
Atau seandainya Hamas tidak menembakkan roketnya ke Israel. Lalu apa? Apakah “Israel” kemudian berbaik hati dan mengembalikan Palestina yang dicuri kepada pemiliknya yang sah? Tentu saja tidak. Bahkan misalnya Hamas tidak ada sejak didirikan pada tahun 198p Lalu apa? Apakah “Israel” akan mengembalikan Palestina kepada pemiliknya yang sah? Tentu saja tidak!
Merupakan kesimpulan palsu bahwa Hamas yang memprovokasi “Israel” untuk menyerang Gaza, karena pada faktanya operasi militer “Israel” di Palestina selalu mendahului setiap operasi Hamas. Hamas dibentuk tahun 1989, lalu mengapa “Israel” telah menduduki Palestina sejak 1948? Lalu apa alasan mereka pada saat itu? Warga Palestina secara keseluruhan tidak bisa direduksi ke Hamas dan tidak pula dapat ditolak haknya untuk melawan pendudukan dalam bentuk apa pun yang mereka anggap perlu.
Jadi kapan saja mendengar media propagandis “Israel” menyebutkan kata “Hamas”, itu merupakan kata ganti untuk “warga Palestina“, dan penggunaan “Hamas” ternyata jauh lebih efektif untuk mencapai apa yang mereka inginkan. “Israel” menginginkan tanah Palestina dari ujung ke ujung, terus melakukan pembersihan etnis, dan menyebutnya sebagai “Israel”, dan membersihkannya, Sedangkan nasib rakyat Palestina, sebagaimana yang diteriakkan oleh anak muda “Israel”: Warga Palestina ke laut saja.
Ada atau tanpa Hamas, Zionisme “Israel” tidak akan berhenti sampai inci terakhir dari Palestina diambil. Namun warga Palestina tetap bertahan di tanah air mereka, melawan pendudukan. Mereka berkembang biak, bernyanyi, menari, menulis musik, berpuisi, membuat film, drama panggung, dan menggelar aksi pembangkangan sipil, dan tentu saja, beberapa dari mereka juga mengangkat senjata seadanya untuk mencoba melawan perampok bersenjata paling canggih dari tanah air mereka yang sah.
Perlawanan dengan kekerasan/senjata menjadi pilihan yang tidak terelakkan oleh kelompok perjuangan rakyat Palestina apapun namanya termasuk Hamas. Bahkan di masa yang akan datangpun pun perlawanan Palestina akan terus ada jika “Israel” tetap menerapkan strateginya. Tekanan-tekanan operasi militer dan intelijen “Israel” yang terus-menerus memancing kemarahan rakyat Palestina, dengan korban-korban yang berjatuhan di pihak Palestina, menyebabkan diambilnya keputusan oleh sayap militer Hamas Brigade al-qassam untuk meluncurkan roket-roket ke wilayah “Israel” sebagai peringatan agar “Israel” menghentikan aksi-aksi yang menyakiti rakyat Palestina di wilayah Palestina.
Peluncuran roket oleh Hamas ke wilayah “Israel” boleh dikatakan tidak berarti banyak dari sisi korban maupun kerusakan. Namun pihak “Israel” mengumumkan jatuhnya korban tiga serdadu “Israel” yang kemudian dibalas dengan serangan membabi buta dengan korban yang telah mencapai angka 333 orang tewas dengan luka-luka ribuan rakyat tidak berdosa.
Selain itu, yang lebih membuat “Israel” takut adalah kemampuan modifikasi roket yang dilakukan sendiri oleh Hamas baik yang berdampak pada jangkauan maupun daya ledak. Sistem pertahanan dari serangan roket milik “Israel” yakni Iron Dome tidak akan mampu menahan laju serangan roket Hamas apabila Hamas dibiarkan terus mengembangkan kemampuannya dibidang roket. Bagi Hamas pilihan strategi roket adalah lebih efisien dari pada serangan bom. Bagi “Israel”, serangan roket Hamas harus segera dihentikan sebelum benar-benar berhasil mencapai target-target penting yang dapat melemahkan sistem pertahanan “Israel”.
Menyalahkan Hamas sebagai pihak yang memprovokasi serangan “Israel” bertujuan untuk menghacurkan reputasi Hamas yang dekat dengan rakyat Palestina yang tinggal di jalur Gaza, sehingga terjadi perpecahan dalam dukungan publik Palestina kepada Hamas. Target yang paling pentingyang merupakan target jangka panjang “Israel” adalah mereduksi Palestina sebagai Hamas yang dilabelkan dengan terorisme, sehingga Palestina menjadi identik dengan teroris, padahal hal ini terbalik dimana “Israel” yang telah melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap rakyat Palestina.
(ameera/arrahmah.com)