GAZA (Arrahmah.com) – Profesor Norwegia Mads Gilbert Frederick sangat terkejut saat ia memeriksa mayat para syuhada Gaza dan tubuh yang terluka saat mereka secara terus menerus tiba di Rumah Sakit Shifa di Gaza pada hari ketujuh dari serangan berdarah “Israel” di Jalur Gaza yang terkepung.
Gilbert, (67,) seorang ahli bedah, bergumam saat ia berjalan di Unit Perawatan Intensif: “Hal ini memalukan, mengerikan dan luar biasa … apa yang terjadi tidak kurang dari pembunuhan berencana dan genosida,”
Dalam sebuah wawancara dengan Safa News, Gilbert mengatakan bahwa pendudukan “Israel” sengaja menggunakan senjata pemusnah yang dilarang secara internasional dalam serangan lebih lanjut di Gaza.
“Bom “Israel” menyebabkan cedera yang tidak dapat segera dilihat melalui x–ray,” Gilbert mengatakan, “Setelah beberapa waktu, cedera itu mulai berdarah.“
“Bahan yang digunakan dalam bom ini tidak umum, menjelaskan mengapa kami tidak bisa menyembuhkan bagian-bagian yang terluka, dan dalam beberapa kasus dokter terpaksa mengamputasi mereka,” katanya.
Gilbert tiba di Gaza pada hari Kamis melalui perbatasan Rafah setelah “Israel” melarang dia memasuki Gaza melalui penyeberangan Beit Hanoun / Erez.
Dokter Norwegia itu telah berkunjung ke Gaza beberapa kali, yang terakhir adalah selama serangan “Israel” pada tahun 2012.
Gilbert adalah spesialisasi dalam anestesi, dan mengepalai Departemen Kedokteran Darurat di Rumah Sakit Universitas North Norway.
“Saya merasa seolah-olah saya pindah dari dunia yang penuh warna, di mana orang-orang bisa menikmati kebebasan dan perdamaian, ke dunia Gaza di mana kehidupan, perdamaian dan keamanan hampir tidak ada,” katanya sambil memeriksa semua kasus yang tiba di rumah sakit
Dia menambahkan bahwa kunjungannya ke Gaza kali ini berbeda. “Seluruh Jalur Gaza telah menjadi target pesawat tempur militer “Israel”, tidak ada tempat yang aman di sini. Anda dapat mendengar serangan udara di mana-mana, dan melihat ketakutan dan kecemasan di wajah semua orang dan anak-anak.”
Gilbert mengungkapkan keprihatinanya terhadap penderitaan warga Gaza atas pertumpahan darah yang disebabkan oleh serangan udara “Israel”: “Saya sangat terluka melihat orang-orang yang meninggal dan terluka di setiap sudut rumah sakit.”
Profesor Norwegia itu kembali menekankan bahwa “Israel” sengaja menargetkan warga sipil, terutama perempuan dan anak-anak. Mayoritas korban adalah perempuan, anak-anak dan orang tua.
Gilbert juga telah menjadi sasaran kampanye buruk oleh “Israel”; Juru bicara Kementerian Luar Negeri Yigal Palmor menuduhnya telah menyebarkan kebohongan.
Gilbert merespon berkata: “Sayangnya, mesin media “Israel” di Eropa menggambarkan bahwa korban adalah anggota Hamas. Tapi kita akhirnya akan menemukan bahwa ini adalah kebohongan dan rumor. Apa dosa para perempuan dan anak-anak itu sehingga dibunuh dan dibom..?
“Jika “Israel” menyangkal klaim saya, mereka harus membuka Gaza bagi tim internasional untuk datang dan melihat sendiri dan mengeluarkan laporan medis yang handal,” katanya menantang.
Gilbert bekerja tekun dengan tim medis lainnya di Rumah Sakit Shifa untuk menyelamatkan korban yang masuk. “Israel secara kolektif menghukum warga sipil,” dia menekankan.
“Korban yang kami lihat sangat mengerikan dan tidak biasa. Sebagian besar dari mereka terluka parah di kepala atau dada, dan tidak ada tempat untuk operasi kosmetik karena jenis cedera membutuhkan amputasi,” ia menjelaskan.
Gilbert menegaskan bahwa pendudukan “Israel” telah melanggar semua hukum internasional dan semua perjanjian, khususnya Konvensi Jenewa, melalui kebijakan perang dan pengepungan, dan penggunaan senjata yang dilarang secara internasional.
(ameera/arrahmah.com)