GAZA (Arrahmah.com) – Juru bicara Hamas Fawzy Barhoum mengatakan pada Kamis (10/7/2014) bahwa satu-satunya cara untuk mengakhiri “perang sepihak” ini adalah ketika “Israel” berhenti membom Gaza.
“Telah banyak korban berjatuhan di pihak kami–. Lebih dari 100 warga sipil tewas, 150 rumah hancur dengan keluarga masih berada didalamnya, kami adalah korban. Kami membela warga sipil kami dari pembantaian,” katanya di luar Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza pada Kamis sore.
“Kami diserang dari laut, udara, dari darat – menimbulkan kerusakan besar, dan kami mempunyai hak untuk membela rakyat kami dari serangan ini. Tidak akan ada gencatan senjata sampai pendudukan menghentikan penembakan terhadap Gaza “
Dalam konflik ini, pembelaan Mesir terhadap “Israel” terlihat nyata. Perbatasan Rafah antara Mesir dan Gaza tetap ditutup, sementara penyeberangan Taba antara Mesir dan “Israel” tetap terbuka. Mengenai hal ini Barhoum menegaskan juga bahwa Mesir harus membuka perbatasan Rafah untuk memungkinkan bantuan memasuki Gaza untuk mencegah bencana kemanusiaan yang semakin besar.
Menanggapi hal ini akhirnya Rafah dibuka pada Kamis pagi (10/7), tapi hanya satu hari untuk memungkinkan warga Gaza yang terluka mendapatkan pengobatan keluar, dimana mereka tidak dapat diobati di Gaza. Tapi pembukaan perbatasan Rafah yang hanya sehari tentu tidak mencukupi.
“Kami perlu obat-obatan, barang-barang, bantuan medis, bahan bakar – kami perlu semua itu“
Huda Naim, seorang wakil dari Dewan Legislatif Pemerintah Persatuan Palestina, setuju dengan Barhoum. Dalam surat yang dikirim keluar hari ini untuk anggota parlemen di seluruh dunia, ia memperingatkan “bencana kemanusiaan yang tak ada habisnya, karena pengepungan yang lama terhadap Jalur Gaza, yang mengakibatkan kurangnya pasokan kebutuhan, dalam layanan yang diberikan oleh Departemen kesehatan, akibat agresi biadab “Israel” yang tidak terbatas dan bisa semakin meluas.“
Saat anggota parlemen menyerukan kepada kalangan diplomatik untuk bekerja dengan organisasi-organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Dewan Keamanan untuk mengutuk dan menghentikan agresi “Israel”, Barhoum meragukan cara tersebut..
“Saya tidak memiliki harapan bahwa pertemuan Dewan Keamanan PBB akan membantu kami – mereka selalu mendukung agresi “Israel” terhadap Palestina,” katanya.
Secara historis, banyak fakta yang mendukung pernyataan Barhoum itu. Rencana pembagian yang diusulkan PBB 1947, yang berusaha untuk membagi Palestina, memberikan kepada “Israel” lebih dari 50% wilayah Palestina tanpa memberikan Palestina pilihan sendiri dalam hal ini, meskipun Palestina memiliki populasi yang jauh lebih besar.
Sejak itu, “Israel” terus menduduki Palestina dan secara ilegal semakin memperluas wilayahnya yang jelas-jelas melanggar hukum internasional, sementara PBB tidak melakukan apapun untuk mengendalikan hal itu, atau untuk memberikan keadilan bagi warga Palestina dengan cara apapun. PBB secara konsisten mengutuk serangan roket Palestina, tetapi tidak pernah mengutuk serangan militer “Israel” yang berlangsung secara besar-besaran yang menimbulkan seratus kali lipat kehancuran di Palestina.
“Setiap orang memiliki hak untuk membela diri,” kata Barhoum. “Israel telah membunuh ratusan warga sipil, warga sipil Palestina. Kami adalah korban. “Israel” adalah agresor. Hitunglah jumlah rakyat Palestina yang meninggal, hitunglah jumlah rakyat Palestina yang terluka. Kami hanya mencoba untuk membela warga sipil kami.“
Barhoum mengaku cukup terkejut dengan kebisuan Abu Mazen (Presiden Abbas) dan Perdana Menteri Hamdallah dari pemerintah bersatu yang baru.
“Mereka hampir tidak mengatakan bahwa “Kami membela Palestina, kami membela Al Aqsa”, mereka berkata sedikit dan bahkan sangat sedikit. Mereka seharusnya malu terhadap diri mereka,” katanya.
“Saya berharap orang-orang dari Tepi Barat meneruskan intifada mereka melawan pendudukan “Israel”, dan melanjutkan dukungan mereka terhadap warga Palestina di Gaza.”
Sebagaimana yang dikatakan Barhoum bahwa ini adalah perang yang sangat sepihak dan sangat jelas siapa penyerang yang nyata – dan dengan demikian telah jelas pula di tangan siapa solusi untuk mengakhiri perang ini berada.
“”Israel” harus menghentikan penembakan, menghentikan pengeboman, menghentikan pembunuhan warga sipil. Itulah satu-satunya cara untuk bisa mengakhiri ini,” pungkasnya.
(ameera/arrahmah.com)