JAKARTA (Arrahmah.com) – Umur hidup manusia merupakan kesempatan sangat berharga yang tak akan pernah kembali selamanya. Oleh karena itu setiap waktu yang berlalu harus diisi dengan kebaikan. Dalam bahasa agama ialah sebagai ibadah yang diridhoi Allah. Terlebih lagi di bulan Ramadhan seperti saat ini, dengan ganjaran kebaikan dilipat-gandakan.
Anggota Komisi Fatwa MUI, Dr.K.H. Abd. Rahman Dahlan, MA mengatakan jangan dibiarkan Ramadhan berlalu tanpa kegiatan bernilai ibadah yang diridhoi Allah. Apalagi dengan aktivitas yang merusak nilai puasa Ramadhan. Seperti ngalor-ngidul, membuang waktu percuma, tidak karuan, atau yang dikenal dengan istilah ngabuburit.
“Ramadhan merupakan Syahrut-Tarbiyah, bulan pelatihan untuk Taqarrub ILallah, mendekatkan diri kepada Allah, dengan amal-ibadah yang diridhoi Allah. Dan hasil pelatihan itu tentu harus terus dipertahankan seterusnya, ba’da Ramadhan,” tutur K.H. Abd. Rahman Dahlan, MA., seperti dikutip dari halalmui.org.
Ya, “ngabuburit” berasal dari bahasa Sunda. Artinya: menunggu datangnya waktu maghrib, atau menunggu matahari sore terbenam. Agaknya, sudah bertahun-tahun kebiasaan ini dilakukan masyarakat Sunda (Jawa Barat) khususnya anak-anak muda. Bahkan keluarga muda pun terkadang tak pula ketinggalan, ikut berbaur menikmati waktu sore yang cerah. Mereka keluar rumah masing-masing setelah waktu ‘ashar, lalu secara bergerombol, atau perorangan, pergi ke alun-alun atau ke tempat keramaian, atau juga sekedar jalan-jalan di sekitar jalan alun-alun. Bagi para ibu, mungkin hanya sekedar keluar rumah dan bertandang di halaman rumah tetangga. Nah, kebiasaan inilah yang disebut ngabuburit.
Kini fenomena ngabuburit saat Ramadhan benar-benar sudah memasyarakat, terutama di kalangan anak muda. Saat sore tiba, mereka keluar rumah, sebagiannya dengan berkendaraan motor, berboncengan dengan pasangannya atau bergerombol, mendatangi tempat-tempat ramai atau jalan-jalan ke mal-mal, atau sekedar mejeng, bermotor ria, memenuhi jalan raya. Dan alasan mereka tak ada lain “ngabuburit” menunggu waktu buka puasa! Jelas perbuatan menyia-nyiakan waktu tanpa nilai ibadah yang diridhoi Allah. Dan termasuk pula dalam kategori “membuang waktu percuma” ini adalah waktu dini hari yang dilakui hanya untuk nonton tivi (seperti siaran pertandingan bola-Piala Dunia yang kini tengah marak). Padahal waktu demikian berharga-mustajab itu, terlebih lagi di bulan suci Ramadhan ini sangat-sangat baik untuk Taqarrub ILallah dengan Qiyamul-lail, berdzikir, berdoa, tilawah-tadabbur Al-Quran.
Perbuatan tidak halal
Maka melalui momentum ini, kita ingatkan bersama bahwa dari sisi agama, hal semacam itu dapat dikategorikan sebagai perbuatan yang tidak halal. Jelas merusak nilai ibadah puasa. Bahkan termasuk perbuatan dosa. Karena menyia-nyiakan waktu bulan Ramadhan yang mulia & sangat berharga. Atau bahkan lebih jelek lagi, yang mengikuti ngabuburit itu, terutama anak muda yang berduaan dengan lain jenis (pasangannya) berboncengan dengan kendaraan motor, demikian rapat. Entah apa yang kemudian terjadi… Padahal Ramadhan bulan peningkatan ibadah untuk meraih kemuliaan di sisi Allah, tapi justru digunakan bermaksiat, bahkan tanpa merasa berdosa lagi!.
Renungan dari Al Quran dan hadits
Sungguh orang-orang mukmin itu pasti mendapatkan kemenangan besar, yaitu orang-orang yang melaksanakan shalat dengan khusyu’, orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak bermanfaat untuk memperoleh pahala. (Tarjamah Tafsiriyah Q.S. Al Mu’minun 23 : 1-3)
Demi masa. Semua manusia kelak akan celaka di akhirat. Orang-orang yang tidak celaka kelak di akhirat hanyalah orang-orang yang beriman dan beramal shalih, mengajak manusia untuk bertauhid dan beramal shalih dengan penuh kesabaran. (Tarjamah Tafsiriyah Q.S. Al ‘Ashr 103: 1-3).
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, Nabi saw bersabda: “(Ada) Dua kenikmatan, yang kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, (yaitu): kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari).
(azm/arrahmah.com)