RAKHINE (Arrahmah.com) – Saat jutaan ummat Islam di seluruh dunia bersukacita menyambut Ramadhan, Muslim Burma yang teraniaya merasa ketakutan untuk mengunjungi masjid di tengah-tengah serentetan serangan yang mereka hadapi sejak awal bulan suci.
“Saya tidak tahu seperti apa situasi keamanan masjid; Saya belum pernah ke masjid sejak 2 Juli,” seorang pria Muslim, yang meminta tidak disebutkan namanya, mengatakan kepada The Myanmar Times, Rabu, (9/7/2014).
Kekerasan meletus pekan lalu di Mandalay ketika sekitar 300 ummat Buddha termasuk 30 biksu menyerang sebuah warung teh milik Muslim di daerah itu.
Massa Buddha melemparkan batu ke properti milik Muslim, merampok beberapa toko milik Muslim, rumah, dan masjid, merusak setidaknya tiga mobil dan melukai beberapa warga dengan pisau.
Serangan yang terjadi di Mandalay telah menyebabkan dua orang tewas dan 20 luka-luka, ungkap pihak kepolisan.
Serangan terhadap masjid merupakan kekerasan sektarian terbaru di Mandalay, setelah masjid itu ditinggalkan oleh jamaahnya karena khawatir keamanan.
Beberapa penggerebekan polisi terhadap masjid telah melipatgandakan ketakutan Muslim di wilayah itu, terutama setelah polisi merebut senjata darurat yang digunakan oleh Muslim untuk membela komunitas mereka.
Kkami tidak bisa mempertahankan diri meskipun ada ancaman terhadap kehidupan kami. Sekarang kita ketakutan bahkan hanya untuk memegang sepotong batu bata,” kata salah seorang jamaah di masjid Ko Yan Taw.
Para pemimpin Muslim bersikeras bahwa komunitas mereka berhak untuk membela diri “jika perlu”.
“Kami benar-benar takut dan kami tidak berani pergi ke luar,” kata sekretaris dewan pengawas masjid Ko Yan Taw, U Khin Mg Aye.
“Kami berhak untuk melindungi anak-anak kami, tetapi polisi telah mengambil tongkat dari masjid kami. Akhirnya, kami telah memasang tiga orang untuk menjaga masjid.“
Setelah penggerebekan polisi terhadap beberapa masjid di kota Chan Aye Thar San, polisi telah menangkap sedikitnya lima orang.
Selain itu, ratusan ummat Islam, yang dulu tinggal di kompleks masjid Taw, telah melarikan diri setelah serangan ummat Buddha.
Muslim memasuki Burma secara massal untuk pertama kalinya sebagai buruh paksa dari anak benua India selama pemerintahan kolonial Inggris, yang berakhir pada tahun 1948.
Namun, meskipun sejarah panjang mereka, mereka tidak pernah sepenuhnya diintegrasikan ke dalam negara itu, dan selalu dianggap sebagai orang asing.
Kekerasan pekan lalu bukanlah yang pertama kalinya menargetkan agama minoritas di Burma.
Pada April 2013, lebih dari 40 orang tewas dan beberapa masjid dibakar di pusat Burma setelah perselisihan antara Muslim dan Buddha di Meikhtila.
(ameera/arrahmah.com)