URUMQI (Arrahmah.com) – Mahasiswa Muslim Uighur di perguruan tinggi Kashgar menghadapi ancaman diusir jika mereka terlihat berpuasa Ramadhan karena pejabat di Xinjiang telah mengeluarkan pelarangan bagi Muslim untuk menjalankan ibadah puasa.
“Administrasi kampus kami secara tegas melarang puasa Ramadhan dan praktik ibadah lainnya oleh mahasiswa Uighur,” kata seorang mahasiswa Uighur kepada Radio Free Asia (RFA), dengan syarat anonim, karena takut mendapatkan hukuman karena berbicara dengan media asing.
“Mereka yang menolak untuk makan siang akan diingatkan bahwa mereka akan diusir dari perguruan tinggi atau mereka akan kehilangan ijazah mereka,” katanya.
Setiap tahun, pemerintah Cina telah berulang kali memberlakukan pembatasan terhadap Muslim Uighur di wilayah barat laut Xinjiang setiap Ramadan.
Pihak kampus memerintahkan kepada semua restoran dekat kampus untuk tidak membuka restoran mereka untuk menghalangi mahasiswa Muslim berbuka puasa saat matahari terbenam.
Pihak administrasi perguruan tinggi juga telah mendistribusikan hidangan makan siang dan botol air gratis.
“Mereka yang menolak makan siang akan dimasukkan ke dalam daftar hitam dan nama mereka akan disampaikan ke pimpinan Partai Komunis China di berbagai fakultas,” kata mahasiswa tersebut.
Meskipun ada ancaman pengusiran, beberapa mahasiswa Muslim mengambil resiko dengan tetap menjalankan ibadah puasa.
“Meskipun ada aturan ketat dan aktivitas mereka dipantau secara ketat, beberapa mahasiswa Uighur secara diam-diam tetap berpuasa” kata salah satu mahasiswa Uighur.
“Mereka meninggalkan kelas lebih awal dan membawa pulang makanan dari perguruan tinggi untuk berbuka puasa di asrama mereka.”
Beberapa ada yang tertangkap saat staf administrasi perguruan tinggi memeriksa tas-tas mahasiswa di pintu keluar, katanya.
“Jika otoritas perguruan tinggi menemukan masih ada makanan di tas mereka, para mahasiswa itu dipaksa untuk mengkonsumsi makanan itu di tempat,” katanya.
Mahasiswa yang bangun untuk makan sahur dan membaca doa di asrama mereka juga akan dihukum.
“Jika ada mahasiswa yang menyalakan lampu untuk makan sahur, para penjaga perguruan tinggi akan segera memblacklist mereka,” kata mahasiswa.
“Perguruan tinggi telah menyiapkan kamera pengintai di asrama dan di koridor perguruan tinggi untuk memantau kegiatan mahasiswa,” katanya.
“Mereka mengendalikan semua kegiatan kami dan kehidupan pribadi kami,” katanya.
“Perguruan tinggi kami bukan lembaga akademis tetapi sebuah kamp politik. Jika seorang mahasiswa berharap untuk tinggal di kamp ini, ia harus mematuhi aturan dan hanya tinggal diam,” tegasnya.
(ameera/arrahmah.com)