(Arrahmah.com) – Barangkali setiap hari kita sudah mendengar para ulama, ustadz, mubaligh dan khatib menyampaikan keutamaan ibadah shaum. Khutbah Jum’at, ceramah bakda Isya’ atau Tarawih, ceramah bakda Shubuh, kuliah Dhuha dan kesempatan-kesempatan lainnya telah dipenuhi dengan pembacaan hadits-hadits tentang keutamaan shaum.
Begitu seringnya pembahasan tentang keutamaan shaum disampaikan, sehingga bagi banyak kaum muslimin ia bukan lagi menjadi tema yang penting. Bahkan boleh jadi bagi sebagian kaum muslimin tema itu membosankan.
Saudaraku seislam dan seiman…
Tanpa bermaksud membuat kaum muslimin bosan dengan tema tentang keutamaan shaum, marilah kita simak salah satu kisah nyata yang terjadi pada diri keluarga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam berikut ini.
Dari Qais bin Zaid bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam menceraikan istri beliau, Hafshah binti Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anha. Maka kedua orang pamannya, Qudamah bin Mazh’un dan Utsman bin Mazh’un menengok dan menemui keponakannya.
Saat itu Hafshah masih menangis. Ia berkata kepada kedua orang pamannya tersebut,
وَاللَّهِ مَا طَلَّقَنِي عَنْ شِبَعٍ
“Demi Allah, beliau menceraikanku saat aku tidak dalam kondisi kenyang [maksudnya ia sedang melakukan shaum].”
Tiba-tiba Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam datang ke rumah Hafshah. Maka Hafshah pun memakai jilbabnya. Beliau bersabda kepada Hafshah:
“أَتَانِي جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلامُ، فَقَالَ: رَاجِعْ حَفْصَةَ فَإِنَّهَا صَوَّامَةٌ قَوَّامَةٌ، وَإِنَّهَا زَوْجَتُكَ فِي الْجَنَّةِ”
“Malaikat Jibril berkata kepadaku: ‘Kembalilah kepada Hafshah, karena sesungguhnya ia adalah wanita yang tekun melaksanakan shaum sunnah dan shalat malam, dan sesungguhnya ia adalah istrimu di surga kelak.” (HR. Ibnu Sa’ad, Al-Hakim dan Ath-Thabarani)
Hadits ini memiliki dua riwayat penguat, yaitu hadits dari Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhuma, diriwayatkan oleh Al-Bazzar dan ath-Thabarani; dan hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, diriwayatkan oleh At-Thabarani dalam Al-Mu’jam Al-Awsath. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth: Hadits ini shahih [li-ghairih] dengan adanya riwayat-riwayat penguatnya.
Subhanallah…
Adakah kemuliaan yang indah daripada hal ini? Allah Ta’ala menyampaikan wahyu kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam melalui perantaraan malaikat Jibril ‘alaihis salam. Wahyu tersebut berisi perintah kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam untuk rujuk kepada istri beliau, Hafshah binti Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anha.
Alasannya? Hafshah adalah seorang wanita yang tekun melaksanakan shaum sunnah dan rajin melaksanakan shalat malam. Ketekunan shaum dan shalat itulah yang menjadikan Hafshah layak menjadi istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam di dunia dan akhirat.
Dan predikat layak tersebut diberikan langsung oleh Allah Ta’ala. Malaikat Jibril ‘alaihis salam menyampaikan wahyu Allah Ta’ala tersebut, lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam mendengar dan menaatinya.
Subhanallah…
Inilah salah satu keindahan dan keutamaan ibadah shaum. Setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam wafat, Hafshah senantiasa tekun menjaga shaum sunnah, sebagaimana diriwayatkan oleh Nafi’ Mawla Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma.
Menurut catatan banyak ulama sejarah, Hafshah meninggal pada tahun 41 H, sekitar 30 tahun setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam wafat. Semoga Allah Ta’ala meridhainya.
Wallahu a’lam bish-shawab.
(muhib al majdi/arrahmah.com)