JAKARTA (Arrahmah.com) – Pada acara seminar Koepas “Syiah, Antara Gerakan Politik dan Agama” Ketua Harian PW Muhammadiyah DKI Jakarta Buya Risman yang bertindak sebagai narasumber menyatakan bahwa Syiah muncul pertama kali dalam bentuk gerakan politik (dendam politik), yang kemudian akidah dan doktrinnya disesuaikan dengan tujuan politik Syiah.
Dikutip dari situs Komite Pembela Ahlul Bait dan Sahabat, koepas.org, beliau mengatakan: “Akidah Syiah disesuaikan dengan kepentingan politik, seperti mengkafirkan para sahabat dan istri-istri Nabi. Ini adalah dendam politik yang kemudian menjadi akidah dan doktrin pokok Syiah.”
Menurut Buya Risman, Syiah telah menyimpang dan menistakan agama Islam dan sepanjang sejarah, Syiah selalu memusuhi Ahlus Sunnah.
“Saya tidak setuju polarisasi Syiah-Sunni, karena Syiah bukan bagian dari Islam dan selalu memusuhi Ahlus Sunnah, mereka selalu menistakan dan berusaha merusak tatanan ajaran Islam,” tegasnya.
Meski Syiah telah nyata kesesatannya, tokoh Muhammadiyah kelahiran Padang ini sangat menyayangkan banyak para tokoh Islam yang tidak tegas. “Masih banyak tokoh Islam yang belum berani dengan tegas menyatakan Syiah sesat, termasuk sebagian anggota MUI,” terangnya.
Adanya beberapa Ulama yang menilai perbedaan Sunni-Syiah hanya masalah furu’iyah, tokoh Muhammadiyah Jakarta ini memberikan catatan khusus padanya. “Ada ulama yang memandang perbedaan Sunni-Syiah adalah dalam masalah ijtihadiyah, ini adalah keliru, perbedaan Sunni-Syi’ah adalah dalam perkara ushul (pokok agama),” tegasnya kembali.
Buya Risman menilai Syiah jauh lebih sesat dari Ahmadiyah. “Ahmadiyah itu meyakini dan memiliki 1 nabi (palsu) , maka Syiah meyakini adanya 12 nabi setelah nabi Muhammad (yaitu imam-imam mereka yang berjumlah 12 dan dianggap makshum karena memiliki otoritas untuk menentukan syariat-syariat ajaran mereka). Oleh karena itu,Syiah jauh lebih sesat dan jahat dari Ahmadiyah,” tandasnya.
Beliau mengakhiri penyampaiannya dalam seminar kali ini dengan kembali menegaskan bahwa Syiah adalah sebuah gerakan politik yang akidahnya disesuaikan dengan kepentingan politik mereka. (azm/arrahmah.com)