NEW DELHI (Arrahmah.com) – Para pria Muslim yang ditahan atas tuduhan “terorisme” di penjara Mumbai harus menghadapi ujian tambahan di bulan suci Ramadhan ini. Mereka tidak diizinkan untuk mendapatkan makanan rumahan selama Ramadhan setelah hakim memutuskan untuk menolak hak mereka untuk mendapatkan makanan pada saat sahur dan iftar (berbuka puasa), berdasarkan laporan OnIslam.net.
Sebelumnya, setiap tahun mereka diizinkan untuk mendapatkan makanan rumahan dan makanan lainnya yang diberikan oleh keluarga mereka. Namun Ramadhan ini mereka tidak diizinkan untuk mendapatkannya.
“Setiap tahun mereka mengizinkan makanan rumahan dan makanan lainnya seperti kurma dan buah-buahan yang disajikan untuk para tertuduh ini oleh keluarga mereka,” ujar Gulzar Azmi, Sekretaris Jenderl Jamiat Ulema-e-Hind di Maharashtra, kepada OnIslam.net.
“Kami berharap hal yang sama tahun ini juga tetapi mereka telah menolaknya,” tambahnya.
Keputusan pengadilan itu dikeluarkan pada akhir Juni oleh Hakim L R Pansare untuk menolak hak 19 tahanan Muslim untuk mendapatkan makanan rumahan selama berpuasa di bulan Ramadhan ini.
Permohonan telah diajukan agar para tahanan Muslim tersebut, yang sedang menghadapi pengadilan di pengadilanMaahrashtra Control of Organized Crime Act (MCOCA), mendapatkan makanan pada waktu sahur dan iftar karena pihak penjara hanya memberikan makanan pada jam-jam yang telah ditentukan.
MCOCA adalah badan hukum di negara bagian Maharashtra, India, yang dibentuk untuk memerangi kejahatan terorganisir dan “terorisme”.
Para tahanan Muslim ini, yang dituduh sebagai anggota Indian Mujahedin (IM), ditahan atas tuduhan mengirim e-mail yang berisi ancaman sebelum peristiwa ledakan di Delhi dan Gujarat pada 2008 lalu. Sementara menurut kerabat salah seorang tahanan bahwa mereka telah dijebak dan dituduh melakukan kejahatan yang mereka tidak lakukan.
(siraaj/arrahmah.com)