Arrahmah.Com – Direktur Bank Sentral Amerika, Ben Bernanke, mengatakan, perkiraan perekonomian Amerika di tahun 2008 lebih buruk.
Pernyataannya itu dikeluarkan di Washington setelah sejumlah bank investasi terkemuka memperingatkan Amerika sedang menuju resesi.
Akan tetapi Bernanke mengatakan, bank sentral akan bertindak tepat dan cepat untuk memastikan perekonomian tetap berada dalam keadaan stabil.
Bank Sentral Amerika baru-baru ini menurunkan suku bunga untuk menahan turunnya laju pertumbuhan ekonomi dan mengatasi masalah di pasar perumahan.
Tindakan nyata
Bank Sentral Amerika telah menurunkan suku bunga tiga kali sejak pertengahan tahun lalu.
Penurunan suku bunga terbaru dilakukan Desember lalu, menjadi 4,25%, tingkat terendah dalam dua tahun.
Dalam pidatonya Kamis, Bernanke mengatakan, bank sentral siap “mengambil tindakan nyata tambahan seperti yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan menyediakan jaminan cukup terhadap resiko penurunan”.
Sebagian pengamat mengatakan, pernyataan ini bisa diartikan bank sentral siap menurunkan suku bunga lagi ketika dewan gubernur mengadakan pertemuan berikutnya akhir bulan ini.
David Resler, kepala ekonom di perusahaan sekuritas Nomura Securities International mengatakan, pernyataan Bernanke ini tidak terlalu mengejutkan.
“Pernyataan itu mungkin akan menegaskan harapan… bahwa bank sentral akan (menurunkan suku bunga) sebesar 50 basis poin… sekarang lebih banyak lagi orang akan beranggapan seperti itu”.
Harga saham di Amerika meningkat karena para investor mendengar kemungkinan akan adanya penurunan suku bunga.
Indeks saham-saham Dow Jones meningkat 89 poin, atau 0,7%, di posisi 12.824,3 dalam perdagangan tengah hari di New York, setelah pada awal perdagangan di hari yang sama turun.
Perumahan
Amerika menghadapi ancaman ganda, yaitu bagaimana menangani pasar properti yang semakin turun dan belanja konsumen yang menurun sementara pasa saat yang bersamaan harus menangani inflasi karena harga minyak yang semakin tinggi mendorong harga energi naik.
Bernanke menekankan dampak krisis kredit perumahan terhadap perekonomian yang lebih luas.
Bank-bank harus menghapus investasi miliaran dolar yang berkaitan dengan utang kredit rumah yang dipinjam oleh orang-orang berpendapatan rendah atau yang memiliki catatan utang yang buruk.
Hal itu sekarang membuat bank-bank lebih ketat dalam memberi pinjaman, dan membatasi ketersediaan kredit, demikian penjelasan Bernanke.
Dia menambahkan situasi keuangan “tetap rapuh dan banyak pasar tetap lemah,” dan mengatakan, masih ada ketidakjelasan mengenai seberapa banyak bank-bank besar terkena dampak krisis kredit.
Dia juga menyebut tingginya harga minyak sebagai masalah dan dapat lebih jauh mengurangi daya beli konsumen.
Sebelumnya minggu ini Merrill Lynch secara kontroversial mengatakan, Amerika telah memasuki resesi, sementara Goldman Sachs juga mengatakan negara itu sedang menuju arah tersebut.
Masalah ini dimulai ketika pasar perumahaan yang bergairah mulai menurun dua tahun lalu karena kenaikan pesat suku bunga ke angka tertinggi selama enam tahun terakhir menjadi 5,25% tahun lalu, yang menyebabkan pembayaran kembali pinjaman rumah lebih mahal.
Hal ini memberi pukulan keras terhadap peminjam dan memicu telat bayar dalam jumlah tertinggi serta kredit macet. (fad/bbc)